Praha (ANTARA News) - Mohammad Rivai Riza atau lebih dikenal Riri Riza asyik berbincang dengan beberapa remaja depan City Library Hall, gedung megah di Kota Tua, Praha, Ceko, meski gelap malam kian memeluk erat kota.

Sutradara muda kelahiran Makassar itu dengan sabar melayani satu dua remaja yang antusias ingin mengetahui banyak film Indonesia, khususnya karya-karya garapannya.

Kehadiran Riri di Praha sendiri adalah demi menyertai karyanya dalam rangkaian festival film Indonesia bertema "Retrospektif Film Riri Riza" yang digelar di lima negara.

Selain Praha, karya Riri Riza juga diputar di Wina, Austria, dilanjutkan di Ljubljana di Slovenia, Beograd ibukota Republik Serbia, dan berakhir di Hamburg, Jerman.

Selama di Praha, Riri sempat bertandang ke studio film kartun tertua di daerah Zlin yang membuka sekolah film pertama di Praha, untuk bertemu dengan kalangan industri perfilman Ceko.

Sekolah dan studio film Zlin "Filmova Skola Zlin" yang banyak memproduksi film animasi, berada di Kota Zlin, 103 km sebelah barat Praha yang berbatasan dengan Slovakia.

Di sekolah film yang didirikan sutradara Ceko Elmar Klos itu, Riri disambut Michael Carrington yang mengajar di sana untuk kemudian memandu Riri menengok fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut.

Studio dari sekolah film yang berdiri di daerah tenang dan dikelilingi hutan itu pernah digunakan pembuat film animasi kenamaan Ceko, Hermina Tyrlova dan Karel Zeman.

Keduanya menghasilkan karya-karya klasik seperti "Ferda Mravenec" (Ferda the Ant), "Vzpoura Hracek" (Revolt of the Toys), "Vanocni Sen" (The Christmas Dream) and "Cesta do praveku" (Journey to Prehistory).

"(Keadaannya) Beda dengan sekolah saya dulu di IKJ (Institut Kesenian Jakarta)," ujar Riri yang dalam kunjungannya itu sempat memutarkan film bedahannya, "Laskar Pelanggi", yang ternyata mendapat perhatian serius dari pelajar sekolah film animasi ini.

Usai menyaksikan "Laskar Pelangi," digelarlah diskusi di mana para siswa yang datang dari berbagai negara, ramai bertanya mengenai proses permbuatan film dan juga misi film Laskar Pelangi, termasuk soal pendanaannya.

Verica Kordic (27), pelajar Kroasia mengakui film Laskar Pelanggi membawa pesan yang kuat dengan jalan cerita yang mudah dimengerti, apalagi anak-anak yang membintangi film itu tampak menghayati peran mereka. "Saya suka anak-anak itu," aku Verika.

Biaya

Para pelajar sekolah yang berada di kota kelahiran pendiri pabrik sepatu Bata ini juga bertanya mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat film.

Mereka juga bertanya mengenai aktor cilik dalam film dan kelanjutan nasib mereka, serta dampak film terhadap kehidupan anak-anak itu.

Riri menjawab, anak-anak yang membintangi Laskar Pelangi adalah bocah yang memang tinggal di pulau yang menjadi seting film, yakni Belitong.

"Mereka bukan artis," ujar Riri seraya menambahkan bahwa usai pembuatan film anak-anak ini kembali ke kehidupan semula.

Michael Carrington menyebut film Laskar Pelangi menelurkan energi positif yang mengeskpresikan budaya Indonesia di dalamnya. "Saya telah menyaksikan film ini."

Dalam kunjungan ke Sekolah Zlin, Riri juga menyaksikan film animasi yang dibuat dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah ini.

Zlin yang berpenduduk 600 ribu orang dan satu kota industri ini sendiri , merupakan tempat bertemunya tiga tradisi budaya kuat di Ceko, yaitu Valassko (Wallachia), Slovacko and Hana di mana Kerajaan Sepatu Bata dibangun.

Sebelum didirikan Elmar Klos yang membuat "The Shop on Main Street" (Obchod na korze) yang meraih Oscar untuk kategori film asing terbaik pada 1965, Filmova Skola Zlin sebenarnya sudah ada di Slovakia sejak Perang Dunia Kedua.

Sekolah ini  telah menjadi pusat produksi film animasi anak-anak sejak 70 tahun, terakhir memproduksi lebih dari 2000 film.

Menurut Michael, kini para pelajar Sekolah Film Zlin mengunakan studio yang pernah digunakan pembuat film animasi Ceko terkenal, Hermina Tyrlova dan Karel Zeman yang menciptakan film klasik.

Di kota itu akan digelar festival film anak dan remaja dari 31 Mei hingga 7 Juni mendatang, diikuti berbagai negara.

"Saya harap Riri bisa ikut dalam festival film ini tahun depan, dalam rangka memperingati 50 tahun penyelenggaraan festival," harap Michael Carrington.

Selain Sekolah Film Zlin, Riri juga menyaksikan koleksi busana film di studio Barrandow yang berada di tengah kota Praha.

"Koleksi yang mereka miliki sangat lengkap," ujar Riri sambil menunjuk beberapa busan dari Era Pencerahan.

Riri mengakui, studio film Ceko sangat menarik karena menyediakan jasa  produksi busana paling lengkap di Ceko dan fasilitas lainnya.

Jiri Menzel

Lebih dari 300 warga Kota Praha menyaksikan film Laskar Pelangi pada acara pembukaan festival film yang digelar untuk ketiga kalinya.

Festival Film Indonesia di luar negeri ini juga menyita perhatian sutradara peraih Oscar asal Ceko, Jiri Menzel, yang hadir bersama korps diplomatik, sineas Ceko dan mahasiswa sekolah perfilman.

Jiri mengaku bangga dan mendapat kehormatan menjadi patron Festival Film Indonesia 2009.

Ia menilai, film Riri mengingatkannya pada film-film Ceko yang diputar di masa lalu, yakni film yang menggambarkan kehidupan sehari-hari namun menyentuh perasaan penonton.

Usai pemutaran Laskar Pelangi, Riri menggelar diskusi mengenai karya-karyanya seperti Petualangan Sherina (2000), Eliana, Eliana (2002), Gie (2005), Untuk Rena (2005) dan 3 Hari untuk Selamanya (2007).

Peserta diskusi bertanya mengenai proses pembuatan film dan ide cerita serta masalah pendidikan agama di Indonesia.

Riri yang memulai kariernya dalam film Kuldesak (1998) mengungkapkan film Laskar Pelangi adalah adaptasi dari novel yang pembuatannya memakan waktu 35 hari, dengan biaya dari sponsor dan pihak-pihak yang peduli pendidikan.

"Saya tidak memperoleh dana dari pemerintah," terang Riri.

Bekerjasama dengan Produser Mira Lesmana, Riri menggarap film itu dengan menggunakan tokoh utama langsung dari daerah asli cerita.

Riri lalu menerangkan bahwa kehidupan umat Islam Indonesia tidak seperti digambarkan dan diberitakan media Barat.

Ia menjelaskan, pendidikan perguruan dari perkumpulan keagamaan seperti Muhammdiyah yang ada dalam filmnya itu sudah sejak lama berdiri dan lebih banyak berkecimpung di kalangan masyarakat bawah.

Lulusan IKJ yang sering berkolaborasi dengan sahabatnya Mira Lesmana ini, mengatakan bahwa Laskar Pelangi yang ditonton lebih dari empat setengah juta orang itu berkisah mengenai mimpi dan perjuangan melawan nasib.

Penjelasan Riri membuat para peserta semakin tertarik pada film-film Indonesia, terutama Laskar Pelangi garapannya.

Michal Bron, pemuda Ceko yang pernah ke Indonesia, mengaku sangat menyukai film Laskar Pelanggi, dan berharap teman-temannya juga bisa  menontonnya.

"Di manakah saya dapat memperoleh VCDnya, karena saya juga ingin ibu saya bisa menyaksikan film tersebut?" tanya Michal dalam Bahasa Indonesia yang fasih.(*)

Oleh Oleh Zeynita Gibbons
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009