Agam (ANTARA News) - Pertengahan Mei 2009 Puncak Lawang yang berada pada ketinggian 1.210 dari permukaan laut (dpl) satu kawasan obyek wisata di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), terlihat berbeda dari biasanya.

Sejak akhir pekan ke dua Mei 2009, pemandangan langit Danau Maninjau yang dilembahnya membentuk bentangan karpet biru itu , dipenuhi puluhan perasut warna-warni.

Parasut-parasut itu terkembang silih berganti; merah, hijau, kuning, biru, unggu dan putih.

Cuaca cerah yang diwarnai kabut tipis pada sore harinya, tak mengurangi parasut terkembang di tengah tiupan angin begitu kuat di sela-sela perbukitan yang mengelilingi Danau Maninjau.

Perasut itu dikembangkan 65 penerjun paralayang di lokasi "take off" di Puncak Lawang yang berada di kawasan bukit yang ditanam pinus itu.

Setelah melayang , parasut itu menyisir lereng-lereng bukit dan secara perlahan mendarat pada lahan seluas 5.000 meter persegi yang disediakan di Nagari Bayur, satu kawasan pinggir Danau Maninjau.

Dalam kegiatan "Fun Fly In Lake Maninjau 2009" yang ke 10 itu, puluhan penerjun mancanegara pria dan wanita dalam olahraga dirgantara tersebut, mulai dari tingkat pemula hingga profesional.

Penerjun paralayang yang menikmati keindahan alam dengan angin yang cukup menantang itu, di antaranya asal Jerman, Italia, Inggris, Australia, Austria, Kanada, Jepang, Amerika Selatan, India, Indonesia dan Malaysia.

Khusus Malaysia untuk tahun 2009 jumlahnya mencapai 45 penerjun, serta membawa 50 orang penggemar yang juga menyempatkan menikmati kekayaan alam Agam dari udara dengan terbang tandem.

Sesekali juga penerjun paralayang nasional Novrica Yanti asal Pesisir Selatan, pencinta paralayang asal Agam dan Pesisir Selatan yang tergabung dalam Federasi Aero Sport Indonesia (Fasi) Provinsi Sumbar ikut ambil bagian.

Nasaruddin A Bakar penerjun paralayang asal Malaysia, menuturkan, angin Puncak Lawang untuk penerjun paralayang cukup menantang, baik bagi pemula, apalagi bagi yang profesional.

"Selama empat tahun terakhir, penerjun paralayang asal Malaysia jumlahnya makin banyak, bahkan pada 2009 ini, juga diikutsertakan penerjun paralayang termuda berumur (12) dan tertua 71 tahun," ujarnya.

Para penerjun paralayang asal Malaysia atau penerjun yang bergabung dengan club Biro Perjalanan Malaysia, "Negeri Sembilan Spor Aviation Club" cukup puas dengan perhelatan di Danau Maninjau itu.

"Puncak Lawang sangat cantik, anginnya bagus, kita bisa lama bermain di udara," ujarnya.

Selain itu, pengorganisasian dalam kegiatan itu cukup bagus dan layanan masyarakat cukup baik, apalagi selama "Fun Fly In Lake Maninjau 2009" cuaca cukup mendukung.

"Jadi, bagi penerjun yang telah pernah terbang di udara Maninjau, pasti akan ketagihan pada tahun-tahun berikutnya," kata Nasaruddin yang juga Presiden Biro Perjalanan Malaysia, Negeri Sembilan Spor Aviation Club.

Potensial

Kawasan Puncak Lawang merupakan lokasi "take off" paralayang terbaik di Asia Tenggara, cukup potensial untuk mendatang banyak pencita olahraga dirgantara ke sini.

Selain keindahan alamnya yang luar biasa, efek panas bumi (thermal) Danau Maninjau yang memberi pengaruh terhadap posisi para penerbang layang, karena mampu membawa penerbang hingga 2,5 meter lebih tinggi dari lokasi take off, kata tim Biro Perjalanan wisata "PT Anten Jakarta", Anwar M di Puncak Lawang (24/5).

Tekanan angin yang cukup berimbang, sehingga pemula pun berani dilepas untuk terbang dan bagi penerjun layang profesional yang dicari-carinya, sehingga bisa lima jam lebih hilir mudik di udara.

Setiap tahun jumlah pencinta olahraga dirgantara mancanegara terus meningkat ingin menikmati efek panas bumi dari Danau Maninjau ini.

"Peserta asing pada kegiatan ini merupakan yang terbanyak. Mereka berjumlah 65 orang berasal dari 14 negara. Pada tahun lalu hanya 30 orang," tutur Anwar yang jago dalam terbang tandem itu.

Amat disayangkan kawasan wisata olahraga dirgantara yang tiap tahun diselenggarakan ini, dengan potensial kunjungan wisman cukup besar tidak dimanfaatkan pemerintah Kabupaten Agam dan Pemda Sumbar.

Jikalau dikombinasikan dengan beragam kegiatan dan promosinya lebih luas di daerah ini, serta luar Sumbar sehingga ada gema dan bisa mendatangkan banyak pengunjung menyaksikan kebolehan penerjun paralayang itu.

"Bupati Agam kita lihat serius, tetapi jajaran dibawah perlu lebih bekerja keras dalam menyemarakan kegiatan berskala internasional ini," kata Anwar menjelang terbang di udara Danau Maninjau itu.

Acara olahraga dirgantara yang berskala internasional diselenggarakan PT. Anten Jakarta sebagai Event Organizernya (EO) hanya di Maninjau yang jumlah penerjum paralayangnya mencapai puluhan orang.

Agenda tahunan itu, tidak saja menggerakkan sektor wisata daerah ini, tetapi memberikan motivasi dan pengetahuan baru bagi penerjun paralayang asal daerah itu. Penerjun yang datang banyak sudah profesional, bahkan ada yang instruktur paralayang asal mancanegara.

"Wisman yang datang menyalurkan hobinya di udara Danau Maninjau, semuanya memberikan reaksi positif," katanya.

PT. Anten sebagai Biro Perjalanan Wisata, siap saja mendatang lebih banyak wisman untuk berolahraga dirgantara di Puncak Lawang, namun ia mengharapkan sokongan pemerintah daerah itu.

Dengan terbukanya penerbangan langsung Internasional dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sangat memberikan keuntungan bagi Sumatera Barat, karena wisman Eropa bisa langsung ke BIM.

Wisata Khusus

Wisman dan wisatawan domestik yang ingin menikmati libur dan menyaksikan perhelatan tahunan tersebut, tidak terlalu sulit karena terdapat transportasi langsung ke lokasi take off paralayang itu.

Jika, bertolak dari Kota Padang sekitar 2,5 jam, bisa melintasi jalur Kota Pariaman-Tiku-Lubuk Basung sampai ke kawasan Danau Maninjau dan naik kelok 44.

Selain itu, bisa juga menempuh rute Padang-Bukittinggi dengan jarak tempuh sekitar tiga jam.

Selama berlangsung "Fun Fly In Lake Maninjau", pengunjung meningkat tiga kali lipat dari hari-hari biasanya.

Puluhan pilot paralayang yang menunjukan kebolehannya di antaranya Fitters asal Jerman, membuat mata pengunjung terbelalak karena aksinya di udara.

"Pilot paralayang asal Jerman itu sudah profesional, bahkan mampu hilir mudik di udara Danau Maninjau 5 jam 30 menit dan mencapai ketinggian sekitar 2,5 km dari lokasi take off.

Bahkan, pilot paralayang yang satu ini, setelah terbang di atas udara sekitar dua jam lebih, sengaja mendarat lagi pada tepat start-nya menunjukan kebolehan pada pengunjung kawasan wisata dan arena olahraga dirgantara itu

Kegiatan ini juga mendorong tingkat hunian pada hotel, penginapan dan homestay di sekitar Danau Maninjau dan Bukittinggi.

Pada kegiatan paralayang tahun depan, pemerintah Kabupaten Agam, sudah mengunsulkan kepada Dirjen Pariwisata untuk dikombinasikan dengan kegiatan internasional lainnya, seperti "Tour de Singkarak".

Usulan itu, cukup mendapatkan tanggapan positif dari salah satu Deputi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan rencananya pada Juni mendatang digelar rapat koordinasi untuk penentuaanya.

"Jauh-jauh kita siapkan, sehingga lebih matang dan bisa pelaksanaannya berjalan lancar," katanya.(*)

Oleh oleh Siri Antoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009