Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengusaha meminta pemerintah untuk melakukan koreksi terhadap harga agar deflasi dapat dihindarkan karena jika terjadi deflasi berkepanjangan akan berakibat pada melemahnya konsumsi masyarakat.

"Lebih baik terjadi inflasi terkendali daripada deflasi berkelanjutan akibat lemahnya konsumsi. Harus ada koreksi terhadap harga agar deflasi bisa dihindari," kata Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Perdagangan Dalam Negeri Bambang Soesatyo, di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, sepanjang Mei 2009 diperkirakan akan terjadi deflasi lagi, karena selepas Pemilu legislatif hingga pekan ini, harga kebutuhan pokok terus naik.

Kenaikan harga sembako, lanjut dia, makin menggerus daya beli rumah tangga, selain itu belanja kampanye Pilpres juga belum signifikan.

"Kalau masih deflasi, kita patut prihatin, karena deflasi jadi pertanda masih lemahnya konsumsi masyarakat," katanya.

Ekonom BNI Tony Prasetiantono memperikrakan pada Mei akan terjadi inflasi yang besarannya diperkirakan mencapai 0,2 persen.

Penyebab inflasi pada Mei, lanjut dia, dikarenakan adanya belanja kampanye pilpres sehingga menaikkan permintaan, namun di sisi lain, secara umum konsumen juga masih mengerem belanjanya.

"Karena itu, inflasi diperkirakan tidak besar, namun tidak terjadi deflasi seperti bulan lalu," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan sampai April inflasi keseluruhan "year on year" 7,31 persen sementara inflasi Januari hingga April tercatat 0,05 persen.

Pada bulan April 2009, BPS mencatat terjadinya deflasi sebesar 0,31 persen. Deflasi pada April terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan pokok serta kelompok sandang.

Maret 2009, tercatat terjadi inflasi sebesar 0,22 persen, hal itu terjadi karena adanya kenaikan harga pada kelompok barang dan jasa tertentu yaitu kenaikan harga emas perhiasan selain itu bawang merah dan gula pasir juga mengalami kenaikan harga.

Sedangkan pada Februari2009, tercatat terjadi inflasi sebesar 0,21 persen. Inflasi terjadi karena kenaikan harga pada beberapa kelompok seperti bahan makanan, makanan jadi, rokok, sandang, dan kesehatan.

Sementara Januari 2009, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,07 persen. Deflasi pada Januari 2009 terjadi karena penurunan harga antara lain pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar minyak (BBM).

Sebelumnya, Sekretaris Utama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama Bappenas Syahrial Loetan, mengatakan sepanjang Mei 2009 laju inflasi bulanan diperkirakan kembali merayap naik dibandingkan inflasi bulan lalu.

Naiknya laju inflasi disebabkan meningkatnya belanja pemilihan presiden yang akan berlangsung pada Juni.

"Nampaknya belanja pilpres sudah banyak dilakukan pada Mei ini, akan memberi sumbangan pada angka inflasi Mei," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009