Manado (ANTARA News) - Markas besar TNI akan membangun monumen Santiago di Pulau Miangas, Kabupaten Talaud yang berbatasan dengan Pulau Mindanao, Filipina Selatan.

"Ini gagasan dari Panglima TNI. Sebelum pembangunan lapangan terbang perintis, dibuat monumen terlebih dulu," kata Komandan Korem 131 Santiago Kol Inf Istu Hari Subagio di Manado, Kamis.

Istu mengatakan, monumen ini akan diresmikan oleh Panglima TNI Jendral TNI Djoko Santoso sebelum pelaksanaan "Sail Bunaken," dari 15 hingga 18 Agustus 2009.

Menurutnya, TNI sudah melakukan kontak dengan pembuat patung Jendral Sudirman di Pacitan, pembuat patung Garuda Wisnu Kencana di Bali dan sejumlah pematung terkenal lain.

"Menurut rencana tinggi patung mencapai tujuh meter dengan biaya Rp3,8 miliar. Untuk pembuatan pondasi monumen saat ini tengah dikerjakan oleh zeni bangunan," kata Istu Hari.

Istu mengatakan, monumen itu ditujukan untuk mengukuhkan semangat NKRI karena Pulau Miangas adalah pulau paling utara Sulawesi yang berbatasan langsung dengan Filipina.

Nama Santiago dipilih karena dia adalah raja yang berkuasa di Kerajaan Manganito, Kabupaten Sangir Besar pada 1670 hingga 1675 dan merupakan raja ketiga yang menentang VOC. Masyarakat setempat menganggap Santiago sebagai pahlawan.

Gubernur Sulawesi Utara Sinyo H Sarundajang meminta pembangunan monumen lebih diarahkan ke darat agar tidak tergerus oleh air.

Miangas adalah pulau terluar Indonesia dan masuk dalam wilayah Desa Miangas, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Miangas adalah salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Kepulauan Nanusa yang berbatasan langsung dengan Filipina.

Pulau seluas sekitar 3,15 kilometer persegi ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang dengan sengketa perbatasan, terorisme serta penyelundupan.

Jarak Pulau Miangas dengan Kecamatan Nanusa sekitar 145 mil, sedangkan jarak ke Filipina hanya 48 mil. Berdasarkan data 2003, jumlah penduduk Pulau Miangas mencapai 678 jiwa yang sebagian besar dari Suku Talaud. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009