London (ANTARA News/AFP) - Dua prajurit Inggris yang bertugas di Afghanistan tewas dalam selang waktu beberapa jam, kata Kementerian Pertahanan (MoD) di London, Kamis.

Seorang prajurit dari Batalyon II Resimen Mercian tewas terkena ledakan ketika ia sedang melakukan operasi di dekat Garmari di provinsi Helmand yang dilanda kekerasan pada Kamis pagi.

Berita itu tersiar tak lama setelah MoD mengatakan bahwa seorang marinir yang terluka parah dalam ledakan tewas di sebuah rumah sakit di Birmingham, Inggris tengah, pada Rabu larut malam. Marinir itu terluka dalam ledakan ketika ia sedang berada dalam sebuah kendaraan lapis baja di dekat Lashkar Gar pada 22 Mei.

Keluarga kedua prajurit yang belum diidentifikasi itu telah diberi tahu mengenai kematian mereka.

Dalam pernyataan yang mengkonfirmasi kematian kedua prajurit itu, jurubicara militer Nick Richardson menyebut kematian mereka sebagai "hari sangat menyedihkan bagi seluruh Satuan Tugas Helmand".

Pasukan Inggris berada di Afghanistan untuk mendukung Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, yang mencakup hampir 58.000 prajurit dari 40 negara yang memerangi pemberontakan militan dan membantu pembentukan pasukan keamanan Afghanistan.

Kematian kedua prajurit itu membuat jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan sejak 2001 menjadi 163.

Sementara itu, orang-orang bersenjata membunuh enam aparat keamanan swasta Afghanistan, Kamis, termasuk serangan terhadap sebuah konvoi pembersih ranjau yang melewati daerah perbatasan Afghanitsan dengan Iran.

Ahli-ahli ranjau itu diserang di lokasi sekitar 60 kilometer sebelah barat kota Herat, kata jurubicar akepolisian untuk Afghansitan barat, Ikramudin Yawar, kepada AFP.

"Empat aparat keamanan tewas dan dua lain cedera," katanya.

Di provinsi wilayah timur, Ghazni, orang-orang bersenjata menyerang konvoi yang memasok logistik untuk pasukan asing.

"Dua aparat yang mengawal konvoi itu tewas dan dua lain cedera," kats seorang pejabat.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.

Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.

Sepanjang tahun ini hampir 110 prajurit internasional tewas di Afghanistan, sebagian besar akibat serangan musuh.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009