Teheran (ANTARA News/AFP) - Calon presiden Iran Mir Hossein Mousavi, seorang mantan perdana menteri, Jumat, mengemukakan kesiapannya untuk melakukan perundingan dengan kelompok negara maju P5+1 atas isu nuklir Iran jika terpilih.

"Saya setuju untuk berundingan dengan 5+1," kata Mousavi kepada wartawan dari jaringan media internasional.

Namun Mousavi mengatakan bahwa Teheran akan melanjutkan program nuklirnya.

"Kami tidak akan menyerahkan apapun untuk memiliki teknologi. Apa yang akan dinegosiasikan adalah menemukan cara (untuk menjamin) program nuklir kami tidak akan berubah menjadi rencana persenjataan," kata kandidat moderat itu.

Sikap Mousavi itu bertentangan dengan posisi presiden menjabat Mahmoud Ahmadinejad yang juga mencalonkan diri untuk periode kedua.

Pada Senin, Ahmadinejad menolak perundingan dengan kelompok 5+1 mengenai isu nuklir Teheran.

"Kami telah mengatakan sebelumnya dan kami mengatakan lagi saat ini, bahwa kami tidak akan membicarakan mengenai isu nuklir dengan mereka yang bukan Badan Energi Atom Internasional/IAEA," kata Ahmadinejad kepada wartawan.

Kepala Kebijakan luar negeri Uni EropaJavier Solana menyelenggarakan perundingan dengan juru runding Iran Said Jalili pada April mengenai perundingan dengan kelompok kekuatan dunia yang dikenal sebagai P5+1 mengenai aktivitas nuklir kontroversial Teheran.

Solana telah memperoleh wewenang oleh enam kekuatan dunia -- Dewan Keamanan PBB, dan lima negara-negara pemegang hak veto yaitu Inggris, China, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat + Jerman-- untuk membahas isu itu dengan Teheran.

Pada April, Iran mengatakan siap untuk "dialog membangun" dengan negara-negara kekuatan dunia, sedangkan di saat bersaam berjanji untuk melanjutkan aktivitas yang telah menjadi subyek dari penyelidikan IAEA selama beberapa tahun.

Negara-negara kekuatan dunia khawatir program nuklir Iran hanya menjadi kedok untuk membangun bom atom, namun Teheran memaksa bahwa program itu murni bertujuan untuk menyediakan energi listrik bagi masyarakat yang terus bertambah.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009