Beirut, (ANTARA News) - Komandan pasukan PBB di Lebanon selatan (UNIFIL) pada hari Rabu mendesak Israel dan Lebanon menahan diri menyusul serangan roket kedua kali dari daerah itu ke Israel utara. "Mayjen Claudio Grziano mendesak penahanan diri yang maksimum dan akan bekerjasama dengan kedua pihak untuk mempertahankan penghentian permusuhan," kata jurubicara UNIFIL Yasmina Bouziane kepada AFP, mengacu pada Israel dan Lebanon. Pernyataan itu dibuat setelah beberapa roket menghantam Israel utara, Rabu pagi. Bouziane mengatakan menurut informasi awal , paling tidak tiga roket mendarat di Israel di daerah utara Kiryat Shmona. "Roket-roket itu menghantam di daerah-daerah terbuka dan tidak menimbulkan kerusakan properti atau korban cedera," katanya. "Tidak ada segera yang mengaku bertanggungjawab." Bouziane menambahkan tentara Israel membalas serangan dengan dua tembakan artileri, yang menurut laporan-laporan awal tidak menimbulkan kerusakan properti atau korban cedera. "UNIFIL bekerjasama dengan tentara Lebanon kini sedang menyelidiki di lapangan dekat perbatasan utara dari daerah operasi UNIFIL,di sektor timur, untuk mengetahui lokasi-lokasi peluncuran roket itu," katanya. Serangan itu dilakukan kurang dari sepekan setelah tiga roket yang ditembakkan dari daerah Lebanon dan jatuh di Israel utara. Satu di antaranya mencederai di warga Israel. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas serangan yang terjadi persis dekat desa Tayr Harfa, dekat perbatasan Israel. UNIFIL memiliki 13.000 tentara dari berbagai negara yang ditempatkan di Lebanon selatan. Pasukan yang dibentuk tahun 1978 untuk mengawasi perbatasan antara Israel dan Lebanon selatan itu ditingkatkan jumlahnya sehubungan dengan perang tahun 2006 antara kelompok pejuang Hizbullah Lebanon dan Israel.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009