Jakarta,  (ANTARA News) - Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL) makin meningkatkan kewaspadaannya, termasuk menyiapkan sejumlah tempat perlindungan (shelter) bagi warga sipil dan militer UNIFIL, menyusul situasi keamanan yang memanas di Jalur Gaza.

Kesiapan tempat perlindungan baik yang berada di sekitar Markas Besar UNIFIL maupun di masing-masing kamp kontingen beberapa negara yang tergabung dalam UNIFIL, ditinjau langsung secara mendadak oleh Wakil Komandan UNIFIL Brigjen Apurba Kumar Bardalai, demikian surat elektronik yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu dari Perwira Penerangan Kontingen Garuda (Konga) XXVI-A Kapten Laut (KH) Hondor Saragih.

Markas Besar UNIFIL mempunyai 64 tempat perllindungan yang digunakan untuk menampung 2.200 orang. Masing-masing shelter dapat menampung 14 sampai 300 personel UNIFIL, baik sipil maupun militer yang berasal dari berbagai negara.

Setiap shelter dilengkapi ransum siap makan dan air dalam botol untuk tiga hari/orang serta kelengkapan lainnya guna menunjang kehidupan dalam kondisi darurat seperti P3K, komunikasi telepon dan sarana wc darurat.

Pengaturan alokasi personel untuk masing-masing shelter ditentukan Force Protection Center (FPC) sesuai jarak letak kantor dengan shelter serta kapasitas shelter tersebut, sementara Departemen Logistik bertugas melengkapi kebutuhan seluruh shelter.

Penempatan personel itu tidak saja pada saat jam kerja, akan tetapi juga pada saat di luar jam kerja, ataupun sedang dalam perjalanan.

Selain kesiapan shelter, pihak UNIFIL juga telah merevisi prosedur tetap keadaan gawat darurat baik di lingkungan kantor, akomodasi tempat tinggal maupun dalam perjalanan, yang harus diketahui seluruh staf di Markas Besar UNIFIL.

Konflik di Jalur Gaza dapat memicu aktivitas balas dendam terhadap Israel yang dilakukan pengungsi Palestina dan juga pendukung Hammas di Lebanon. Pada pekan lalu tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam Israel utara dan mengakibatkan dua orang luka ringan.

Roket-roket itu adalah yang pertama ditembakkan dari Lebanon sejak tahun 2007, dan terjadi pada hari ke-13 serangan negara Yahudi itu di Jalur Gaza. Tidak segera jelas siapa yang menembakkan roket-roket itu.

Sumber-sumber keamanan Lebanon menyebutkan, sekitar tiga sampai lima roket ditembakkan dari Lebanon selatan ke Israel utara.

Hingga kini Israel tidak meyurutkan serangan udaranya ke Palestina meski Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan resolusi bagi Israel terkaitnya agresinya ke Palestina yang telah memasuki pekan ketiga.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009