Tokyo (ANTARA News) - Dolar AS "flat" atau datar terhadap yen dan euro di perdagangan Asia, Senin, karena para investor terbebani kenaikan greenback baru-baru ini, menyusul data yang menunjukkan sinyal-sinyal kemungkinan perbaikan di pasar kerja AS.

AFP melaporkan, dolar tetap pada 98,62 yen pada perdagangan pagi di Tokyo, tak berubah dari level di New York, ketika secara mengejutkan berbalik naik pada Jumat, ke posisi tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama.

Euro juga sedikit berubah pada 1,3970 dolar tapi merosot menjadi 137,74 yen dari 137,80 yen.

Pada Jumat, dolar naik tak terduga setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, tingkat pengangguran melonjak ke posisi tertinggi 26 tahun, 9,4 persen pada Mei, sementara jumlah kehilangan pekerjaan (PHK) melambat menjadi 345.000 dari 539.000 pad April.

Laporan dipertimbangkan sebagai salah satu dari indikator terbaik momentum ekonomi, menawarkan sinyal yang bertentang tentang melemahnya pasar kerja, namun memberikan kesan bahwa laju pemangkasan pekerja tampak berkurang, sebuah sinyal positif untuk ekonomi yang digempur resesi.

Rally mata uang AS dipicu spekulasi bahwa suku bunga akan naik lebih awal daripada perkiraan, namun para pelakuk pasar masih berhati-hati tentang prospek tersebut, kata para dealer.

"Saya pikir resesi (di Amerika Serikat) telah mencapai posisi terbawahnya, namun fundamental mengindikasikan situasi melemahnya pasar buruh akan berlanjut," kata kepala ahli strategi Chuo Mitsui Trust Bank, Yosuke Hosokawa.

"Para investor sedang mencoba mencari data apakah membuat penaksiran asumsi bahwa dolar akan terus menguat."

Yen tertekan setelah data resmi pada Senin menunjukkan, bahwa surplus transaksi berjalan Jepang pada April turun 54,5 persen dari setahun terdahulu karena eskpor terus merosot.

Surplus jatuh menjadi 630,5 miliar yen (6,39 miliar dolar AS) terhadap sebuah surplus 1.385,9 miliar yen setahun terdahulu meski ada sinyal bahwa permintaan global meningkat, kata kementerian keuangan.

Sementara sebuah survei pada Senin memperlihatkan, perusahaan-perusahaan Jepang secara kolektif akan mengurangi investasi modal mereka 15,9 persen dalam setahun hingga Maret 2010, mencerminkan sebuah rekor penurunan paling tajam.

Rencana belanja modal oleh 1.475 perusahaan utama untuk tahun fiskal ini mencapai 22,7 triliun yen, turun 4,28 triliun yen dari tahun fiskal 2008, kata harian bisnis Nikkei.

Itu kali kedua tahun berturut-turut turun dan persentase penurunan terbesar sejak surat kabar itu melakukan survei pada 1973.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu terpukul keras oleh krisis ekonomi global yang mengakibatkan ekspornya merosot, pengurangan pegawai (PHK) besar-besaran dan penutupan pabrik.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009