Kupang (ANTARA News) - Mewabahnya diare di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) bulan ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyakit itu telah merenggut enam nyawa penderita sejak awal bulan.

Wakil Bupati Alor, Yusran Taher, dalam laporannya kepada Gubernur NTT Senin mengatakan, mewabahnya diare di Kabupaten Alor bermula dari meninggalnya salah satu korban diare, Tobias Tanglaut (88), warga Kalondama Barat kecamatan Pantar Barat Laut pada 1 Juni 2009.

Korban adalah seorang tokoh masyarakat sehingga banyak warga yang melayat ke rumah duka. Sejak saat itu lah virus diare menjangkiti warga lainnya.

"Saat penyajian makanan diduga tidak higenis, sehingga terjadi penularan terhadap beberapa masyarakat lainnya," katanya.

Seterlah itu tujuh orang terjangkit, dua orang di antaranya langsung dilarikan ke Puskesmas Kayang untuk dirawat, sedangkan lima lainnya dirawat di lokasi kejadian oleh tenaga medis dari Puskesmas.

"Pada 1 Juni 2009 sebanyak dua korban yang meninggal, sedangkan empat korban lainnya meninggal pada 6 Juni 2009," katanya.

Menurut Taher, untuk menindaklanjuti kasus KLB diare di Kabupaten Alor, pihaknya telah membentuk tim beranggotakan lima orang yang langsung membantu merawat korban di lokasi penderita.

Taher menjelaskan, Desa Kolodama Barat terletak di wilayah barat Pulau Pantar kurang lebih 80 mil laut dari ibu kota kabupaten Alor, Kalabahi. Jarak tempuh memerlukan waktu selama tujuh jam pelayaran. Jarak desa tersebut yang cukup jauh menjadi salah satu penyebab lambannya penanganan KLB diare.

Minimnya sarana dan prasarana di Desa itu menyebabkan warga rentan terserang penyakit. Hanya terdapat 10 jamban di desa itu yang digunakan oleh 117 kepala keluarga atau 579 jiwa.

Sarana air minum perpipaan yang ada di desa itu hanya dua buah hydrant umum dan satu buah sumur gali yang hanya dapat dipakai untuk mandi saja dan ada satu buah Puskesmas pembantu.

Saat ini, kata Taher, pihaknya telah melakukan beberapa langkah strategi untuk menanggulangi KLB diare di kabupaten tersebut, seperti tindakan promotif atau penyuluhan, kuratif pengobatan, dan perventif atau pencegahan serta pembentukan posko penanggulangan KLB diare.

Pemerintah setempat juga telah menggelar pengobatan massal kepada seluruh masyarakat desa Kalondama Barat.

Dari 497 penduduk sebanyak 180 orang yang diberi pengobatan diare, dengan jumlah penderita yang ditemukan sebanyak 17 orang dengan rincian laki-laki 14 orang dan perempuan tiga orang. Usia penderita bervariatif dari dua sampai 83 tahun.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009