Beirut,(ANTARA News) - Satu kelompok pro Barat tampil mengejutkan mengalahkan Hizbullah dan sekutu-sekutunya pada penghitungan suara pemilu di Libanon, yang hasil-hasil akhirnya diumumkan, pada saat para pemenang menghadapi perjuangan untuk membentuk pemerintahan bersama.

Koalisi yang dipimpin oleh Saad Hariri, putra mantan perdana menteri Rafiq Hariri yang dibunuh, meraih 71 kursi dari 128 anggota parlemen dibanding 57 kursi yang diraih Hizbullah dan sekutu-sekutu Syiah dan Kristennya, kata Menteri Dalam Negeri Ziad Baroud, demikian dikutip dari AFP.

"Ini adalah hari besar dalam sejarah demokrasi Libanon," suatu kejayaan Hariri, yang sekarang disarankan oleh beberapa orang sebagai perdana menteri mendatang, katanya kepada para pendukungnya setelah pemungutan suara Minggu.

Pemerintahan Obama menyambut kemenangan koalisi pro Barat dalam pemilihan di Libanon itu sebagai satu kekuatan untuk terciptanya stabilitas, namun mengecilkan prospek jangka pendek untuk meluasnya pada perdamaian Arab-Israel.

Presiden Barack Obama mengamati pemilihan Minggu itu sebagai `indikasi-indikasi kuat keinginan rakyat Libanon untuk keamanan dan kesejahteraan,` setelah mengalahkan gerakan Hizbullah yang pro Iran dan anti Israel.

"Harapan tulus kami bahwa pemerintah mendatang akan terus melanjutkan pembangunan kedaulatan, kebebasan dan stabilitas Libanon," kata Obama dalam pernyataan.

Ketua Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengakui kekalahannya dalam apa yang dia sebut `suatu latihan kesemangatan`, dalam pidato Senin malam.

Tampil anggun di dalam kekalahannya, dia juga mengucapkan selamat kepada para pesaing politiknya.

Nasrallah menolak untuk membahas pembentukan pemerintah persatuan baru, dan mengatakan bahwa pihaknya `ingin melakukan konsultasi-konsultasi dengan semua anggota oposisi.`

Misi pengamat Uni Eropa yang terdiri 100 orang mengatakan, pemungutan suara adalah `perjuangan dalam suatu pengelompokan, namun pada umumnya berada di dalam lingkungan yang damai, kerangka kerja resmi makin membaik yang meskipun demikian memerlukan reformasi lebih lanjut.`

Dari Brussels, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, mengimbau agar `dibentuk pemerintah koalisi secepat mungkin.`

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengharapkan `proses pembentukan pemerintah itu akan dimulai dengan cepat dan bahwa langkah itu akan dilakukan dengan tenang dan lingkungan yang aman.`

Namun demikian, para analis dan suratkabar-suratkabar mempertanyakan apakah kelompok-kelompok yang berlawanan itu akan bisa membentuk satu pemerintahan dan menjamin Libanon tidak terperosok ke dalam lingkaran baru ketidak-stabilan dan kekerasan.

"Libanon saat ini telah memasuki tahapan baru," kata Paul Salem, kepala Pusat Carnegie Timur Tengah yang bermarkas di Beirut.

"Pertanyaannya adalah, saat pemerintah dibentuk apa jenis tantangan yang akan mereka hadapi?"

Meskipun jumlah anggotanya relatif rendah di parlemen, namun Hizbullah - yang tercatat sebagai organisasi teroris oleh Washington - masih mempunyai potensi politik dan kekuatan militer.

Setelah pemungutan suara, partai garis keras menyampaikan peringatan keras bahwa pihaknya mempunyai kekuatan senjata, yang menurut mereka penting untuk menghadapi Israel, namun tak diungkapkan dalam diskusi-diskusi.

Hasil pemilu mendapat perhatian ketat negara-negara tetangga Libanon dan masyarakat internasional, sedangkan Arab Saudi dan Mesir menyambut baik hasil-hasilnya, yang menunjukkan sekutu mereka menguasai mayoritas di parlemen.

Bekas kekuatan kolonial Prancis menyerukan kepada semua kelompok untuk melanjutkan kerja sama mereka dalam membentuk pemerintah persatuan nasional pada Juni 2008.

Israel yang berperang dengan gerilyawan Hizbullah pada 2006 mengatakan, pemerintah baru harus bertindak mencegah serangan-serangan dari wilayahnya.

Sementara itu Ketua Parlemen, Nabih Berri, yang partai Amalnya berkoalisi dengan Hizbullah, mengatakan dia `menerima sepenuhnya` hasil pemilu. Sedangkan sekutunya dari pihak Kristen, jenderal era perang Michel Aoun dari Gerakan Pembebasan Patriotik juga mengakui kekalahannya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009