di Nusa Dua - Bali

Jakarta, 12/6 (ANTARA) - Pada tanggal 28 dan 29 Mei 2009 dilaksanakan Pertemuan Kedelapan Asia Forest Partnership (AFP) & AFP Dialogue di Nusa Dua - Bali. Pertemuan dihadiri oleh lebih dari 250 peserta perwakilan dari negara-negara Asia. Selama dua hari tersebut delegasi AFP ini membahas tentang Hubungan antara inisiatif untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD) dengan inisiatif untuk memberantas pembalakan liar.

Pada acara pembukaan, tampil memberikan sambutan Cristian Kuchil, Kunio Shimizu dan Menteri Kehutanan RI M.S. Kaban. Setelah pembukaan, pada hari pertama dipresentasikan tentang aksi untuk mengatasi illegal logging dan perdagangan kayu illegal dari berbagai negara dengan pembicara antara lain: Puspa Dewi Liman, Hapsoro, Hang Suntra, Andy Roby, Ivy Wong Abdullah dan Kristof Obidzinski. Dan diperoleh kesepakatan antara lain:

a) Kebutuhan akan pemahaman yang lebih baik tentang deforestasi dan degradasi dan hubungannya dengan illegal logging.
b) Dibutuhkan 'safety-net' untuk melakukan aktifitas berdasarkan kebutuhan masyarakat lokal, dengan mencoba menyadarkan mereka akan arti pentingnya.
c) Perlunya peraturan pemerintah yang jelas tentang verifikasi REDD.
d) Mekanisme REDD juga harus bisa menjamin bahwa jangan sampai dijadikan income pribadi oleh sekelompok orang.

Pertemuan hari kedua membahas tentang REDD dan tata hutan, dengan pembicara antara lain: Christian Kuchli, Daniel Murdiyarso, Theo Yasause, Nur Masripatin dan Ralps Strabel. Dengan kesimpulan antara lain:

a) Illegal logging merupakan masalah nasional dan internasional. Pada level nasional masalah ini berhubungan erat dengan pemerintah setempat, dan instrumen yang ada saat ini dinilai belum efektif. Mekanisme REDD perlu meninjau mengapa instrumen yang ada tersebut tidak efektif.
b) Berbagai lembaga pemerintah memiliki pendekatan yang berbeda terhadap REDD.
c) Terdapat hubungan yang erat antara REDD dan A/R dalam CDM. Dan muncul pertanyaan apakah REDD perlu dibedakan, lebih diinklusifkan atau diekslusifkan.
d) REDD juga perlu mengikutsertakan para ahli dan organisasi sektor kehutanan untuk menangani masalah sosial dan pengetahuan tentang kehutanan.

Secara keseluruhan diperoleh kesimpulan bahwa: kecenderungan pembahasan dari keseluruhan sesi bersifat positif, dengan adanya Pertemuan AFP terlihat pengalaman dan pandangan yang berbeda dari berbagai negara. Dan bermunculan berbagai inisatif REDD baru, baik pada level lokal maupun nasional secara sukarela maupun mandatori.

Statemen terakhir bahwa REDD bertujuan untuk mengurangi efek gas rumah kaca. Dan perlu pembahasan lebih lanjut tentang Non-C GHG, metana dan nitrat.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009