Perdagangan yang lebih terbuka perlu ditingkatkan untuk memastikan ketersediaan kebutuhan-kebutuhan penting, seperti masker, peralatan medis dan juga komoditas pangan
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menekankan bahwa pandemi COVID-19 jangan sampai memperluas proteksi perdagangan karena saat ini kebutuhan pangan sangat dibutuhkan oleh masyarakat global.

Felippa Ann Amanta dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, menyatakan seperti yang terjadi di banyak negara, pandemi COVID-19 sudah menyebabkan meningkatnya pelarangan ekspor untuk produk penting seperti pangan, pasokan medis dan masker.

Sementara impor untuk produk-produk tersebut, masih menurut Felippa, justru dipersulit dengan adanya penangguhan persyaratan sertifikasi.

"Pandemi menyebabkan pemerintah perlu mempertimbangkan kembali kebijakan perdagangan yang selama ini dijalankan. Perdagangan yang lebih terbuka perlu ditingkatkan untuk memastikan ketersediaan kebutuhan-kebutuhan penting, seperti masker, peralatan medis dan juga komoditas pangan. Hal itu penting untuk menjaga kestabilan harga dan mendukung mitigasi dampak pandemi," jelas Felippa.

Ia mengingatkan bahwa ketersediaan komoditas pangan yang memadai sangat penting untuk menjaga kestabilan harga, terlebih menjelang Ramadhan dan perayaan Idul Fitri di mana terjadi peningkatan permintaan.

Apalagi saat ini, lanjutnya, beberapa negara sudah mulai membatasi ekspor untuk menjaga ketersediaan pasokan di dalam negeri. Misalnya saja Vietnam yang sudah menangguhkan kontrak baru untuk ekspor beras.

"Data BPS 2018 menunjukkan, Indonesia mengimpor 767.180 ton beras dari Vietnam atau setara dengan 34 persen dari total impor beras. Kebijakan penangguhan kontrak baru untuk ekspor tentu mempengaruhi ketersediaan beras dan harganya di Indonesia," ucapnya.

Felippa menambahkan perdagangan adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak resesi global akibat pandemi COVID-19. Untuk jangka pendek, perdagangan akan membantu memastikan pasokan kebutuhan medis dan keamanan pangan.

Ia berpendapat bahwa kebijakan proteksionis hanya akan menunda munculnya goncangan pada perekonomian, serta membatasi ekspor hanya akan merugikan upaya global kita untuk mengatasi COVID-19.

Baca juga: Bisnis perdagangan berjangka di Surabaya tak pengaruh COVID-19
Baca juga: Di tengah COVID-19, KKP nyatakan ekspor perikanan menggembirakan
Baca juga: Trade Expo Indonesia 2020 resmi ditunda, cegah penyebaran COVID-19

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020