Bandung (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Hudi Hastowo pada Konfrensi Internasinal Institut Teknologi Bandung (ITB), Selasa mengatakan nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai reaktor yang menakutkan dan merusak lingkungan justru bisa memberikan solusi bagi kriris energi.

"Seringkali orang mendengar kata nuklir sudah takut terlebih dahulu, masyarakat hanya melihat sisi buruk dari nuklir itu sendiri," ucapnya.

Hudi menjelaskan hubungan antara PLTN dengan "global warming" atau pemanasan global sesutu yang tidak benar, bahkan apabila dikelola secara benar teknologi nuklir ini sangatlah ramah lingkungan.

Dikatakan, dalam membangun sesuatu itu harus ada kontrol dan regulasi yang jelas tentunya dan tidak bisa asal bangun saja.

Pemanfaatan teknologi nulir ini akan dapat menyediakan energi listrik yang sangat besar dimana kebutuhan aka energi listrik di masyarakat sudah semakin tinggi.

"Jangan sampai kita membangun PLTN tersebut karena kebutuhan yang mendadak, itu sangat berbahaya karena kemungkinan pembangunan PLTN akan tergesa-gesa dan menimbulkan dampak yang tidak baik," kata Hudi.

PLTN harus mulai diproses sebelum kebutuhan energi Indonesia sudah tidak terpenuhi lagi, sehingga tidak tergesa-gesa dan hasilnya dapat lebih efektif.

Untuk pembangunan PLTN sendir itu membutuhkan waktu sekitar empat tahun, asalkan tempat atau lahan sudah tersedia dan reaktor sudah ada.

Bahwa dunia internasional sangat mendukung Indonesia untuk memanfaatkan teknologi nulir, harus tetap melalui prosedur terpenting dalam pembangunan PLTN ialah harus ada regulasi dan sumber daya manusia yang kompeten serta terpenting diharapkan secepatnya dapat direalisasikan.

Mengenai sumber daya alam itu sendiri Indonesia memiliki tambang uranium yang cukup besar di Kalimantan khususnya Kalimantan Tengah dan Kalimatan Barat.

Untuk di dunia sendiri ketersediaan uranium paling banyak di Australia dan merupakan satu lempengan dengan potensi uranium yang ada di Kalimantan. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009