Jakarta (ANTARA News) - Pengamat keuangan Anton Gunawan menyatakan melemahnya rupiah selama Juni merupakan hal yang biasa dan sifatnya sementara karena aksi ambil untung.

"Kalau tidak ada indikasi berita negatif, maka rupiah akan kembali menguat akhir tahun nanti," kata Anton di Jakarta, Rabu.

Nilai tukar rupiah pagi ini turun 55 poin menjadi 10.230/10.245 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 10.175/10.195 per dolar AS.

Menurutnya, rupiah akan menguat hingga 9.800 pada penutupan tahun ini, dan faktor Pemilu diharapkan akan memicu sentimen positif, asalkan kondisi keamanan kondusif.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa inflasi tahun ini akan menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya karena BI telah menurunkan suku bunga acuan hingga tujuh persen dan memperkuat posisi rupiah.

Mengenai kegiatan pertukaran pasar uang, Indonesia merupakan negara yang relatif stabil, jadi tidak perlu khawatir akan melemahnya rupiah terhadap dolar.

Pada saat yang sama Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib mengatakan, koreksi terhadap rupiah berlanjut sehingga rupiah terus melewati batas psikologis 10.200 per dolar AS.

Ia mengatakan, rupiah saat ini memang tertekan oleh pasar, namun peluang untuk kembali membaik masih besar hanya menunggu waktu saja.

Menurutnya, rupiah saat ini memang tertekan oleh pasar, namun peluang untuk kembali membaik masih besar hanya menunggu waktu saja.

"Kami optimistis peluang rupiah masih ada apabila pelaksanaan Pilpres berjalan dengan baik, maka akan memberikan kepercayaan kepada investor asing untuk masuk ke pasar domestik," ucapnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009