Jakarta (ANTARA News) - Capres Megawati Soekarnoputri sangat menyesalkan
pola pendidikan dewasa ini yang tidak ketat mengajarkan budi pekerti, seperti aspek kejujuran, kedisiplinan, serta kerja keras kepada anak didik.

Ia mengatakan itu, ketika diberi kesempatan menanggapi pernyataan Capres lainnya, Jusuf Kalla, pada acara Debat Capres, di Studi I Trans TV, Jakarta, Kamis malam ini, yang dimoderatori Prof Dr Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadina).

Model debat pada segmen ketiga kali ini, diawali dengan pengajuan satu masalah kepada seorang Capres, lalu jawabannya dikomentari dua Capres lainnya.

"Bapak Jusuf Kalla ini slogannya lebih cepat, lebih baik. Padahal, tidak ada Capres yang tidak mau bekerja lebih cepat dan lebih baik. Bagaimana jargon ini dalam mengatasi pungli. Sebab pungli dan suap di Indonesia merupakan problem yang merata. Bagaimana menyelesaikan ini dengan lebih cepat, dan lebih baik," tanya Anis Baswedan kepada Jusuf Kalla.

Usai Jusuf Kalla menjawab permasalahan ini, Megawati Soekarnoputri dengan spontan menyatakan pula, setuju dengan beberapa hal, tetapi ia tetap melihat masalah pokoknya pada pembangunan mental bangsa.

"Jadi, kembali kepada pembangunan mental bangsa kita. Yakni, soal disiplin yang baik. Lihat saja di beberapa negara lain, ada contoh yang bagus. Di sana, mereka khawatir kalau ada uang berlebih. Mereka mesti hitung lagi kenapa begitu. Lalu, kalau diduga uang itu hasil korupsi, dikembalikan ke kas negara," ungkapnya.

Kemudian menyangkut pendidikan, Megawati Soekarnoputri sekali lagi menyesalkan tidak terlalu ketatnya pemberlakuan budi pekerti kepada anak-anak didik.

"Padahal, kita harus membikin generasi baru kita itu lebih harus bersikap jujur, jangan berbohong, kalau ada uang berlebih dikembalikan, juga semangat kerja keras," katanya lagi.

Debat kali ini, menurut Anis Baswedan selaku moderator, dibagi dalam empat bagian. Yakni, presentasi, pendalaman, diskusi, lalu terakhir penutup.

SBY, JK Setuju

Selanjutnya, pada sesi kedua dari segmen ketiga Debat Capres, masih menyangkut slogan.

Anis Baswedan kemudian menanyakan apa yang diusung pasangan Mega-Pro, yakni `Mega Pro Rakyat`, khususnya dalam kaitannya dengan aplikasinya pada persoalan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

"Baik pak Anis, pertama perlindungan itu harus diberikan oleh kita mulai di dalam negeri. Banyak soal juga (yang belum beres) di dalam negeri. Ini harus dilaksanakan secara lebih baik dan secara lebih ketat masalah perlindungan itu," kata Megawati Soekarnoputri.

Baginya, persoalan yang terjadi di luar negeri itu, akibat ketidakmampuan secara baik kita mengelola TKI dari dalam negeri.

"Tentang yang terjadi di luar negeri, kita cenderung selalu bersifat defensif. Ini harus diubah. Lalu, selain itu, perlu memberi pendidikan dan pelatihan yang lebih baik kepada para TKI itu," ujarnya.

Ternyata, ketika masalah ini dilemparkan Anis Baswedan kepada SBY dan JK, kedua Capres ini pun setuju dengan apa yang dinyatakan Megawati Soekarnoputri.

Situasi ini spontan membuat suasana debat semakin cair, jauh berbeda dari keadaan pada segmen pertama kedua yang terkesan masing-masing kandidat jarang melemparkan senyum khasnya.

"Yah semuanya `ngikut saya," jawab Megawati Soekarnoputri, ketika menanggapi pertanyaan moderator, `bagaimana tanggapan balik atas respons SBY maupun JK`.

Situasi ini pun semakin membuat suasana kian dipenuhi ketawa hadirin yang bukan hanya terdidi dari para politisi, juga selebriti, profesional, ilmuwan dan pengamat, terlebih wartawan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009