Jakarta (ANTARA News) - Badan PBB urusan pengungsi (UNHCR) menyatakan, jumlah pengungsi tertinggi di Asia berada di Bangladesh mencapai 200 ribu orang.

"Mereka berasal dari negara yang mengalami konflik, antara lain Afghanestan, Irak, Sri Lanka, dan Somalia," kata Francis Teoh, pejabat senior UNHCR untuk perlindungan regional dalam acara seminar memperingati "Hari Pengungsi Sedunia" di Jakarta, Kamis.

Selanjutnya, Thailand menempati urutan kedua dengan jumlah pengungsi sebanyak 100 ribu orang, Malaysia 45 ribu orang, sedangkan di Indonesia hanya 1.928 pengungsi atau terhitung rendah.

Menurut Teoh, seperti di Kamerun pengungsi dari Republik Afrika Tengah dan 17 persen adalah anak-anak. Mereka menderita gizi buruk dengan angka kematian beberapa daerah tujuh kali lebih tinggi dari kedaruratan.

Namun, dari jumlah pengungsi perempuan kurang dari seperti yang bisa memperoleh pendidikan di sekolah.

Pengungsi lainnya, lanjut dia, di Georgia pengungsi internal selama 15 tahun terus-menerus harus tinggal di tempat penampungan kumuh, padat dan tidak cukup air bersih serta tanpa penyekat yang melindungi mereka.

Di Thailand, sekitar 100 ribu pengungsi pencari suaka asal Myanmar bertahun-tahun hidup tidak nyaman, padat sehingga mereka frustasi dan mengakibatkan kekerasan.

Pada masa-masa yang sulit ini, kata dia, UNHCR harus bekerja keras menangani pengungsi tersebut agar bisa menjamin memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Namun, masih banyak yang belum dapat dipenuhi, sehingga perlu dukungan untuk membantu membangun kembali kehidupan mereka yang hakiki.

Menyinggung pengungsi yang berada di Timor Leste, kata Teoh, sejak Mei 2003, ada penandatanganan (Mou) antara Pemerintah Indonesia dan Timor Leste.

Jika mereka berasal dari Timor Leste dan akan kembali ke negaranya atau menetap di Indonesia kedua negara itu akan menfasilitasi serta begitu sebaliknya.

"Setelah ada kerjasama kedua negara itu, UNHCR mundur dan tidak diperlukan lagi keberadaan di tempat pengungsian tersebut," kata Teoh.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009