Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK), di perairan Selat Sunda, saat ini mencapai 452 kali sehingga menimbulkan asap berwarna kelabu putih bergerak ke utara dan tidak menyebar ke udara pesisir Pantai Banten.

"Selain letusan juga terjadi kegempaan vulkanik dangkal sebanyak 157, tremor 377, dan embusan 271 kali," kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Anton Prambudi, Jumat.

Anton mengatakan, hingga saat ini kondisi Gunung Anak Krakatau masih dinyatakan siaga atau level III.

Selama siaga atau level III, kata dia, nelayan maupun pengunjung tidak diperbolehkan mendekati kawasan gunung berapi yang berlokasi di perairan Selat Sunda tersebut.

Pusat Vulkanologi dan Migitasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, hanya memberikan rekomendasi dua kilometer dari titik letusan gunung itu.

"Saya khawatir mereka terkena lontaran lava pijar berupa batu dan kerikil yang suhunya mencapai 1.000 derajat celcius," katanya.

Menurut dia, jika pengunjung atau nelayan terkena lontaran bebatuan pijar dipastikan akan meninggal dunia karena suhunya 1.000 derajat celcius itu.

Bahkan, bila terkena tubuh kemungkinan akan gosong seperti korban kebakaran.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak mendekati kawasan Anak Krakatau yang saat ini mengalami "batuk-batuk".

Dia menyebutkan selama sepekan terakhir ini aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau meningkat, terdiri atas vulkanik, letusan dan tremor, dan embusan.

Meskipun terjadi peningakatan kegempaan Gunung Anak Krakatau, namun warga pesisir pantai Banten merasa tenang karena tidak menimbulkan letusan dahsyat disertai gelombang tsunami.

Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau tahun ini tidak seperti Tahun 1883 yang menewaskan 36.000 warga pesisir Banten dan Lampung.

Aktivitas kegempaan dan letusan Anak Krakatau hingga saat ini masih dikategorikan normal dan tidak membahayakan masyarakat pesisir Banten.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009