Jakarta (ANTARA News) - Kalangan ekonom menilai, visi dan misi tiga pasang calon presiden (capres) yang ambil bagian dalam pemilu presiden 8 Juli 2009 masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan karena dirumuskan dari arah kebijakan yang berbeda.

"Masing-masing visi dan misi ekonomi capres yang miliki perbedaan tetapi punya dari konsep ekonomi yang ditawarkan memiliki kekurangan dan kelebihan," ujar pengamat ekonomi, Sri Adiningsih yang dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Menurut dosen Universitas Gajah Mada itu, seperti pasangan capres Megawati-Prabowo yang akan mengoptimalkan BUMN sebagai tulang punggung dalam menggerakkan sektor riil, tetapi hendaknya tidak melupakan swasta.

Karena kalangan swasta merupakan salah satu bagian terpenting dalam perekonomian tanah air sejak puluhan tahun lalu apalagi Indonesia segera mulai memasuki pasar bebas untuk negara Asia Tenggara (ASEAN).

Kemudian capres "incumbent" Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono dengan kebijakan utang luar negeri, karena APBN yang terbatas.

"Utang tidak selamanya buruk, asal digunakan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat atau membangun infrastruktur yang membawa dampak positif bagi ekonomi dalam jangka panjang," ujarnya.

Sedangkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang mengedepankan kemandirian bangsa termasuk dalam pembiayaan untuk mengelola sumber daya alam atau industri pengolahan komoditas tertentu dinilai belum cukup. "Saya kira masalahnya tidak segampang itu," katanya.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh pegamat ekonomi dari Indef, Fadhil Hasan. Menurut dia, berbagai visi dan misi ekonomi itu nantinya mungkin saja dipadukan oleh capres terpilih.

"Itu semua tergantung bagaimana nanti capres terpilih karena bisa jadi tidak disetujui DPR, dan saya kira konsep yang ditawarkan hanya untuk meyakinkan pemilih saja," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009