Jakarta (ANTARA News) - Ketua Aliansi Perempuan Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (Indonesian Women`s Alliance for Sustainable Development), Dr Cri Puspa Dewi Motik Pramono, mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

"Jika kita tidak peduli terhadap lingkungan, tidak tertutup kemungkinan suatu saat Indonesia hanya tinggal sejarah saja, karena alamnya semakin rusak dan akhirnya hilang tenggelam," kata Motik, dalam diskusi bersama ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di kawasan Kali Pesanggrahan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu.

Untuk itu, lanjut Motik, memelihara lingkungan bukan hanya tugas pemerintah atau kelompok tertentu saja, akan tetapi menjadi tugas masyarakat semua dan dapat diawali dari diri sendiri dan dimulai sejak dini.

"Mahasiswa harus dapat memberikan contoh kepada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya agar mereka turut memelihara lingkungan dari hal yang terkecil, yakni menggunakan air secukupnya dan tidak berlebih-lebihan dan membuang sampah pada tempatnya," kata dia.

Menjawab pertanyaan mahasiswa tentang keterlibatan perusahaan menjaga lingkungan, Motik mengatakan setiap perusahaan harus memiliki izin mengenai analisa dampak lingkungan (Amdal).

Namun, perusahaan juga harus tetap mengedepankan pengelolaan sumberdaya alam yang ramah lingkungan.

"Pembangunan harus berkelanjutan jangan hanya sepotong-potong. Pengusaha harus mempertimbangkan dampak usahanya kepada masyarakat dan harus melakukan corporate social responsibility untuk lingkungan," kata Motik.

Sementara itu, H Chaerudin, tokoh Betawi, yang menjadi pelopor gerakan penghijauan di wilayah sekitar bantaran kali Pesanggrahan, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengatakan saat ini pihaknya telah memelihara bantaran sungai yang luasnya sekitar 120 hektare.

Menurut dia, sekitar tahun 1988 bantaran kali Pesanggrahan merupakan tempat pembuangan sampah dan limba rumah tangga dari permukiman di sekitar kali.

Sampah-sampah tersebut dari waktu ke waktu terus menumpuk, dan menimbulkan bau tak sedap dan menjadi sarang bibit penyakit bagi warga yang tinggal di sekitar kali Pesanggrahan.

"Tumpukan sampah itu tidak ada yang peduli, sehingga kami merasa terpanggil untuk menjaga kelestarian kali dengan cara membersihkan kali dari sampah tersebut," kata dia.

Berbagai penghargaan dan hadiah telah ia terima baik dari pemerintah maupun lembaga internasional peduli lingkungan.

Ia mengaku tidak membutuhkan penghargaan atau hadiah dari siapa pun, namun yang ia inginkan adalah menyelamatkan alam.

Dampak dari penyelamatan alam ini orang bisa memetik manfaatnya dan mengurangi kemiskinan, karena banyak dari 120 ha lahan di bantaran kali Pangandaran kini berubah menjadi lahan pertanian yang subur dengan tanaman palawija dan sayur serta buah-buahan.

Dengan kali yang bersih ikan-ikan dapat hidup dan dipancing, pohon-pohon menghasilkan, dapat mendapatkan air bersih dari kobak tanpa harus membayar.

Mengajarkan orang untuk arif dengan mengenal budi dan daya-budaya, sehingga memiliki kehalusan jiwa dan empati terhadap kesulitan orang lain.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009