Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah artis akan membantu peluncuran dan diskusi buku-buku sastra klasik yang diterbitkan oleh penerbit PT Balai Pustaka (BP) guna menarik minat generasi muda terhadap buku-buku sastra.

General Manager Unit Bisnis Strategis Media Kreatif Balai Pustaka, Firman Musirwan di Jakarta, MInggu, mengatakan, dukungan artis tersebut merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh Balai Pustaka di sejumlah toko buku di Jakarta dan sekitarnya.

"Saya merasa bersyukur dan terbantu, karena pada saat kami hubungi para artis tersebut merespons positif," kata Firman Musirwan dengan menyebut bahwa Balai Pustaka menerbitkan buku seri sastra klasik "Indonesian Cultural Heritage" berisi delapan judul buku sastra pada era 1920-an hingga 1945 yang pernah menjadi best seller tapi saat ini seperti terlupakan.

Kedelapan buku sastra tersebut yakni, "Azab dan Sengsara" karya Merari Siregar", "Layar Terkembang" karya Sutan Takdir Alisjahbana", "Atheis" (Achdiat Karta Mihardja), "Salah Asuhan" (Abdoel Moeis), "Salah Pilih" (Nur Sutan Iskandar), "Habis Gelap Terbitlah Terang" (RA Kartini), "Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma" (Idrus), serta "Sitti
Nurbaya" (Marah Roesli).

"Kami meminta bantuan para artis untuk hadir sebagai ikon pada road show peluncuran dan diskusi buku di sejumlah toko di Jakarta dan sekitarnya," katanya.

Para artis tersebut adalah Cornelia Agatha yang menjadi ikon buku "Layar Terkembang", Maudy Kusnaedi ikon buku "Salah Asuhan", Yuni Shara ikon "Azab dan Sengsara", Andrei Aksana ikon "Habis Gelap Terbitlah Terang", Tio Pakusadewo ikon buku "Atheis", Lukman Sardi ikon "Salah Pilih", Vincent 80`s jadi ikon buku "Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma", serta Happy Salma jadi ikon buku "Sitti Nurbaya".

Menurut Firman, jadwal road show peluncuran dan diskusi buku-buku sastra tersebut dimulai di Lamoda Cafe Plaza Indonesia pada Minggu (28/6).

Kemudian toko buku "Time Book Store" yang berada di beberapa lokasi yakni, Capital Residence/SCBD pada 4 Juli, Kemang Village pada 11 Juli, Gramedia Grand Indoensia pada 18 Juli, Pejaten Village pada 25 Juli, Galeri Canna Kepala Gading pada 1 Agustus, Universitas Pelita Harapan Festival Lippo Karawaci pada 15 Agustus, serta Pacific Place pada 23 Agustus.

Menurut Firman, penerbitan seri buku sastra klasik "Indonesian Cultural Heritage" ini dalam edisi terbatas yakni hanya 3.000 seri dalam kemasan luks yang dipasarkan dengan harga Rp2,15 juta per seri.

Pada peluncuran perdana seri buku sastra klasik yang diselenggarakan di Museum Nasional Jakarta pada 10 Juni lalu, kata dia, Balai Pustaka berhasil menjual sebanyak 100 seri.

Bahkan seri nomor urut satu hingga sembilan berhasil dilelang dengan harga tertinggi Rp35 juta per seri yang dibeli oleh pengusaha dan pejabat.

Tingginya harga jual pada lelang buku tersebut, membuat Firman optimistis bahwa seri buku sastra ini bisa habis terjual, karena meskipun pasarnya sangat terbatas tapi apresiasi peminatnya sangat tinggi. (*)

Oleh
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009