Teheran (ANTARA News) - Polisi anti-huru-hara yang bersejatakan pentungan baja menembakkan gas air mata guna membubarkan pawai terbuka oposisi di ibukota Iran, Teheran, pada Senin, kata beberapa saksi mata seperti dilaporkan AFP.

Pengunjuk-rasa membangkang terhadap ancaman Pengawal Revolusi yang akan  menindak protes-protes mengenai pemilihan presiden.

Pemerintah Barat mulai mendesak warga negara mereka agar menghindari perjalanan ke Iran, sementara Uni Eropa (UE) membantah tuduhan mengenai campur tangan Barat.

Inggris, yang berada pada jalur yang berbenturan dengan Teheran, juga menyatakan akan menarik keluarga staf kedutaan besarnya pada malam pawai terbuka yang direncanakan di luar misi tersebut.

Banyak mahasiswa memperingatkan peristiwa itu dapat menjadi pengulangan pengepungan kedutaan besar AS 1979.

Di Teheran, polisi yang didukung oleh anggota milisi Islam Basij menangkap sebanyak 60 orang sementara sebanyak 1.000 demonstran berkumpul di lapangan Haft-e-Tir, tujuan belanja kenamaan di jatung kota Teheran, kata seorang saksi mata.

Seorang saksi mata mengatakan polisi yang memakai helm dan memegang tongkat baja serta kabel, sebagian mengendarai sepeda motor, melepaskan sedikitnya tujuh tembakan gas air mata guna membubarkan pemrotes sewaktu mereka berkumpul sambil berteriak, "Allahu Akbar (Allah Maha Besar)."

Reaksi cepat itu dilancarkan setelah Pengawal Revolusi --pasukan elit yang didirikan setelah Revolusi 1979-- mengancam akan melancarkan tindakan "keras dan revolusioner" terhadap kerusuhan lebih lanjut saat pemerintah menghadapi krisis terburuk dalam tiga dasawarsa.

Calon yang kalah dari kubu pembaruan Mehdi Karroubi menyerukan penyelenggaraan upacara berkabung pada Kamis buat pemrotes yang tewas dalam demonstrasi Ahad.

Radio resmi menyatakan sedikitnya 457 orang telah ditahan dalam bentrokan di jalan di Teheran, Sabtu, yang menewaskan 10 orang, sehingga jumlah korban secara keseluruhan akibat kerusuhan satu pekan naik jadi sedikitnya 17.

Pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi, yang telah memimpin gelombang besar protes mengenai apa yang dikatakannya sebagai kecurangan pemilihan umum yang mengembalikan Mahmoud Ahamadinejad ke tampuk kekuasaan, mendesak pendukungnya agar melanjutkan demonstrasi tapi menyerukan "penahanan diri" guna menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.

Pengawas pemilihan umum, Dewan Wali, mengakui adanya beberapa ketidakcocokan dalam pemungutan suara 12 Juni tapi berkeras semua itu takkan mempengaruhi hasilnya, sementara oposisi berkeras menuntut bukan penghitungan-ulang tapi pemungutan suara baru.

Sejak kerusuhan terjadi, pasukan keamanan Iran telah menindak demonstran dan beberapa ratus pemrotes serta pengulas, wartawan serta tokoh kenamaan pembaruan telah ditangkap.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009