Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Murjani Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), sebulan terakhir ini merawat 23 pasien di bawah lima tahun (balita) yang terserang demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Sub Bagian (Kasubag) Informasi Hukum dan Pemasaran RSUD dr Murjani Sampit, Hermansyah, di Sampit, Selasa mengatakan, gigitan nyamuk aides agepty mengakibatkan penderita mengidap penyakit demam berdarah.

"Dalam dua bulan terakhir ini, Mei dan Juni 2009, rekam medik RSUD dr Murjani Sampit mencatat sedikitnya ada 23 kasus balita yang terserang DBD," katanya.

Menurut Hermansyah, Mei 2009 ada 16 pasien DBD yang dirawat inap, yang lima di antaranya penderita dengue shock syndrum.

"Untuk bulan Juni ini tercatat tujuh penderita DBD rawat inap, lima kasus positif DB dan dua kasus di antaranya mengalami dengue shock syndrum," katanya.

Sementara itu, Edi (29), warga jalan Haji Ahmad Rt 32 Kelurahan Mentawa Baru Hilir (MBH), Kecamatan Mentawa Baru Ketapang (MBK) mengatakan, anaknya Wildan (1,4) dirawat sejak Sabtu 20 Juni 2009 lalu.

"Anak kami dirawat di ruang Anggrek RSUD dr Murjani Sampit karena menderita demam berdarah," katanya.

Menurut Edi, putranya diketahui menderita demam berdarah setelah pihak dokter RSUD dr Murjani Sampit melakukan pemeriksaan darah dan disebutkan bahwa trombosit dalam darah Wildan saat itu mengalami penurunan.

"Sebelumnya Wildan mengalami demam tinggi selama tiga hari, sehingga dokter praktik menyarankan agar Wildan dibawa ke RSUD Murjani Sampit, karena di bagian dada Wildan ditemukan bercak-bercak merah," jelas Edi.

Edi juga mengaku, pemukiman penduduk daerah tempat tinggalnya hingga saat ini belum pernah mendapatkan pengasapan atau foging.

Meski telah ditemukan puluhan kasus penderita positif demam berdarah, namun hingga kini intansi dan dinas terkait belum mengambil tindakan pencegahan terhadap wilayah hunian penduduk yang terkena demam berdarah.

Kepala Dinas Kesehatan Kotim Yuendri Irawanto mengatakan, penanganan kasus demam berdarah saat ini sedang digalakan oleh Pemkab Kotim, angtara lain melalui penyuluhan atau iklan di media massa cetak dan elektronik.

"Pembasmian nyamuk aides agepty tidak cukup dengan cara foging, karena cara itu tidak mengatasi masalah melainkan akan menambah masalah," kata Yuendri, menjelaskan.

Menurut Yuendri, pengasapan atau foging dilakukan secara berkelanjutan dikhawatirkan akan berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

"Karenanya, pemberantasan nyamuk aides agepty kita mulai dari lingkungan yang bersih dan hidup yang bersih pula," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009