Jakarta (ANTARA News) - Media massa yang berkembang di Indonesia saat ini masih jauh dari fungsinya untuk menjadi agen demokrasi karena seringkali memihak pada suatu kepentingan, kata Peneliti The Habibie Center Wenny Pahlemy, di Jakarta, Kamis.

Dalam peluncuran buku "Isu Pluralisme Dalam Persepektif Media", Wenny Pahlemy mengatakan, bukti keberpihakan tersebut, misalnya, banyaknya media yang selalu mengulang narasumber untuk suatu isu.

Menurut dia, terlihat media massa jarang memberikan kesempatan kepada narasumber lain untuk berbicara mengenai isu tersebut, terutama yang masih dianggap muda.

Dari penelitian itu, keberpihakan media massa juga dibuktikan dengan adanya perbedaan dalam menyampaikan sebuah fakta yang sama.

Dalam buku penelitian yang disponsori oleh Yayasan TIFA dan ditulis oleh empat peneliti The Habibie Center; yaitu Sumarmo, Wenny, Afdal Makkuraga Putra dan Ian Suherlan, peneliti mengambil sampel masalah isu undang-undang pornografi dan isu Ahmadiyah.

Sumarmo menyebutkan dalam buku tersebut pihaknya mengambil lima media massa sebagai sampel untuk di teliti yaitu Kompas, Media Indonesia, Tempo, Gatra, dan Republika.

Dalam kasus UU Pornografi dan Ahmadiyah, Media Indonesia, Kompas dan Tempo cenderung menentang adanya pembubaran Ahmadiyah dan penerbitan UU Pornografi.

Ketiga media massa tersebut berusaha mengarahkan wawancaranya kepada sebagian besar narasumber yang menentang kebijakan tersebut.

Sedangkan Republika, yang menyatakan diri sebagai korannya umat Islam, dengan tegas mendukung pembubaran Ahmadiyah dan mendukung pemberlakuan UU Pornografi.

Sebagaimana yang dilakukan Kompas dan lainnya, Republika juga mewawancarai narasumber yang sebagian besar mendukung pemberlakuan kedua kebijakan itu.

Sedangkan Gatra, cenderung berada ditengah-tengah dengan menampilkan fakta-fakta yang ada di masyarakat.

Menurut Sumarmo, sebagaimana masyarakat, media massa juga terpolarisasi ke dalam dua kutub, pro dan kontra.

"Buku setebal 208 halaman ini antara lain mencoba melihat latar belakang pemikiran dan pemahaman yang melandasi masing-masing media massa tersebut," kata dia.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009