Jakarta (ANTARA News) - Krisis finansial global dinilai belum berdampak signifikan pada laju pertumbuhan industri garmen Indonesia.

"Krisis ini kan merata, jadi tidak banyak mengubah posisi termasuk volume ekspor Indonesia," kata Advisor Industri SENADA, Ferry Dzulkifli, di Jakarta, Kamis.

Pihaknya yang mengerjakan proyek empat tahun USAID bidang garmen selama ini fokus melakukan berbagai macam kegiatan di antaranya mengadakan forum bisnis antara pembeli potensial dan produsen dalam negeri.

Ia mengamati, hingga sejauh ini meskipun krisis finansial global sedang melanda tetapi industri garmen di tanah air justru tumbuh positif.

"Dari sisi penguasaan pasar kita tetap sama seperti sebelum krisis, yakni kita tetap berada di peringkat kesembilan sedunia sebagai negara penghasil garmen terbesar," katanya.

Pada tutup buku 2008, di saat pertumbuhan ekspor komoditas lain anjlok, ekspor industri garmen Indonesia justru tumbuh positif.

Tercatat pertumbuhan ekspor industri garmen domestik naik menjadi sebesar 1,08 persen hingga akhir 2008. Volume ekspor garmen Indonesia saat ini sebesar 2,5-3 persen dari total ekspor garmen dunia.

Bahkan sejak 2004 hingga 2008, total laju pertumbuhan industri garmen sebesar 10,4 persen. Angka itu jauh melebihi target lantaran angka 10,4 persen merupakan angka pertumbuhan yang diprediksi baru akan bisa dicapai pada 2010. Namun ternyata dua tahun sebelumnya telah sukses dilampaui.

Direktur Pendidikan International Garment Training Center, Kurnia Saputra, mengatakan, pihaknya meminta pemerintah untuk mengoptimalkan industri garmen sebagai sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.

"Total nilai sumbangan ekspor garmen mencapai Rp10,4 miliar dengan menyerap sekitar 3 juta tenaga kerja," katanya.

Saat ini ada lebih dari 2.000 industri garmen tersebar dalam berbagai segmen di Indonesia.

Menurut Kurnia, potensi Indonesia di pasar garmen dunia masih besar karena memiliki fasilitas industri lengkap dan ketersediaan tenaga kerja usia produktif yang besar.

"Sayangnya industri garmen terbukti masih lemah sistem produksi dan pemasarannya sehingga harus ada upaya perbaikan dan peningkatan kapasitas industri," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009