Jakarta (ANTARA) - Tak terasa hampir sebulan, Ayu Sitorus telah berada di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Bukan sebagai pasien, tapi sebagai relawan penanganan COVID-19.

Dimulai pada 4 April 2020, Ayu menginjakkan kaki di Rumah Sakit Darurat itu. Mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap sehari-hari, Ayu mulai memainkan perannya sebagai relawan dengan semangat melayani pasien.

Bagi lulusan D-III Perekam Medis Informasi Kesehatan dari Akademi Perekam Kesehatan (APIKES) Imelda Medan, Sumatera Utara ini, menjadi relawan COVID-19 adalah yang pertama dalam hidupnya.

"Aku mau membantu orang-orang yang menderita COVID-19, selagi aku masih kuat dan mampu," tutur perempuan kelahiran Tanjungbalai, Sumatera Utara pada 13 Agustus 1993 itu kepada ANTARA, Jakarta, Kamis.

Saat menjalankan tugasnya, Ayu memakai APD selama delapan hingga 10 jam. Dia harus menahan lapar dan haus karena APD tersebut tidak bisa sembarangan dibuka dan hanya satu kali pakai.

Perlengkapan APD yang digunakan yakni baju hazmat, handscoon, kaos kaki, tutup kepala, sepatu boot, masker N95, masker operasi, dan baju OK.

Awalnya terasa pengap dan susah bergerak dengan APD, namun kini sudah terasa biasa bagi Ayu karena setiap harinya memakai APD demi perlindungan diri dari COVID-19.

Baca juga: Semua sayang dokter

Baca juga: Cara relawan medis hilangkan penat di RS Darurat Wisma Atlet



Mendata pasien

Ayu bertugas mendaftar pasien COVID-19, mendata pasien, menghitung pasien masuk dan keluar, menghitung pasien orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG), pasien rujukan dan lainnya.

Setiap hari, Ayu melaporkan jumlah pasien ke koordinator pimpinan tenaga kesehatan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

Selama menjadi relawan penanganan COVID-19, anak kedua dari tiga bersaudara itu tinggal di Wisma Atlet tower 3 lantai 23 kamar 24. Di sana, semua kebutuhan sehari-hari Ayu terpenuhi.

Sebelum bertugas di Wisma Atlet, Ayu mendapatkan pelatihan tentang cara memakai dan melepas APD yang benar serta pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).

Tugas relawan yang diemban Ayu akan usai pada 3 Mei 2020. Namun, perempuan yang memiliki dua saudara laki-laki itu merasa hari-hari penuh makna selama berperan menjadi relawan.

Dengan berkesempatan menjadi relawan, Ayu sungguh merasa bahagia. Apa yang dia lakukan semata-mata untuk membantu sesama dan bangsa.

Ayu tak menampik ada sedikit rasa takut dan gemetar ketika pertama kali menginjakkan kaki di Wisma Atlet. Namun, ketakutan itu hanya singgah sebentar, tak lama kemudian sirna. Bekerja dan berkolaborasi bersama orang-orang baru sesama relawan menjadi hal yang berkesan baginya.

Baca juga: Ahli gizi tergerak jadi relawan penanganan COVID-19 akibat duka

Baca juga: RS Darurat Wisma Atlet rawat 711 pasien positif COVID-19



Hati-hati dan semangat

Ayu yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama menjalankan tugas sebagai relawan di rumah sakit darurat itu. Selama menangani atau kontak dengan pasien, yang terpenting adalah tetap menjalankan prosedur dengan penuh kehati-hatian dan semangat.

"Intinya harus tetap berjaga-jaga dan waspada, ikuti peraturan-peraturan yang ada," tutur perempuan yang sejak Desember 2016 merantau ke Jakarta.

Di Jakarta, Ayu tinggal indekos di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Sesungguhnya, Ayu merupakan satu dari sekian banyak orang yang terdampak COVID-19. Ayu dirumahkan dengan potongan gaji saat bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta pusat.

"Aku langsung dihubungi pihak PPSDM (Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kesehatan), tidak berfikir panjang, aku langsung bilang, iya, aku siap jadi relawan," ujar perempuan yang memiliki hobi berpetualang dan menonton televisi ini.

Di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, pasien yang dirawat bukan berada dalam kondisi berat atau parah.

"Karena di sini pasiennya tidak terlalu parah, ketika melihat pasien COVID-19 cukup menyemangati mereka dan mengarahkan untuk tetap hidup sehat," ujarnya.

Dia menyemangati para pasien dan mendorong pasien untuk mengikuti anjuran dokter.

Baca juga: Bantu pergerakan medis, Grab sediakan skuter GrabWheels di Wisma Atlet

Baca juga: Suami kerja di RS Wisma Atlet, istri dan dua anaknya positif COVID-19



Kontra keluarga

Ketika terpanggil menjadi relawan, Ayu menghadapi berbagai macam tanggapan dari keluarga, teman dan rekan.

"Ada yang mengintimidasi, ada yang 'support' (mendukung)," tuturnya.

Awalnya orang tua Ayu sangat melarang putrinya menjadi relawan, karena penyakit ini terbilang menular dengan cepat dan masif, bahkan banyak yang terinfeksi hingga menyebabkan kasus kematian.

Diterpa sejumlah tanggapan miring dan larangan, semangat Ayu tidak surut untuk tetap menjadi relawan penanganan COVID-19. Dia berupaya meyakinkan keluarga hingga akhirnya keputusan Ayu dapat diterima dan didukung.

"Ketika aku bilang hidup dan mati di tangan Tuhan, kalau udah waktunya mati, ya, pasti mati, yang penting kita harus waspada dan tetap berjaga-jaga. Di sini perlengkapan APD-nya pun sangat memadai, nah ketika aku bilang seperti itu, orang tua saya mulai setuju," tuturnya.

Mulai terjun di kegiatan relawan ini, orang tua Ayu justru bangga dan selalu mendukungnya. Teman-teman Ayu juga ikut memberikan dukungan yang menyemangati Ayu menjalankan fungsinya sebagai relawan.

Untuk menjaga diri tetap aman saat berada di antara pasien COVID-19, Ayu memastikan untuk memakai APD dengan benar. Budaya mencuci tangan tetap dilakukan. Ayu juga mengkonsumsi vitamin, memakan makanan yang bergizi dan sering mandi.

"Jangan membuka APD sembarangan, harus menahan haus dan lapar," tuturnya.

Baca juga: Nucleus Farma bantu suplemen untuk RSD Wisma Atlet

Baca juga: Bantu pemulihan pasien COVID-19, TNI AD kirim psikolog militer



Tidak bertemu teman

Saat bekerja, setiap relawan dilarang membawa dan memainkan gawai. "Setiap bagian kita difasilitasi tablet untuk terhubung ke bagian lain, baik itu dokter, perawat dan petugas lainnya," ujar Ayu yang senang mendengarkan lagu rohani.

Di ruangannya, Ayu dan sesama relawan bertugas bergantian. Di bulan puasa, untuk yang jadwal pagi, mulai bekerja pukul 02.30 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Pada jadwal siang, bekerja pukul 11.30 WIB sampai 19.00 WIB.

Relawan yang mendapat giliran kerja di malam hari mulai bekerja pukul 19.00 WIB sampai 02.30 WIB.

Sementara sebelum bulan puasa, pergantian jam kerja terdiri dari jadwal pagi mulai 06.00 WIB sampai 14.00 WIB, jadwal siang mulai 14.00 WIB sampai 22.00 WIB, dan jadwal malam mulai 22.00 WIB sampai 06.00 WIB. Di setiap jadwal, ada dua atau tiga orang ditugaskan.

Karena tetap tinggal di Wisma Atlet hingga tugas relawan selesai, tentu Ayu tidak bisa bertemu dengan teman-teman sepergaulan dan rekannya. Namun, hubungan silahturahmi tetap bisa terjaga melalui komunikasi virtual dan media sosial.

Ayu sangat mengapresiasi relawan-relawan yang mau berjuang antara hidup dan mati dan meninggalkan keluarga demi membantu bangsa untuk penanganan COVID-19.

"Semoga wabah COVID-19 ini cepat berlalu dan harapan saya kiranya pasien-pasien yang datang ke rumah sakit berkata jujur apa yang ditanyakan oleh dokter, supaya penyebarannya tidak meluas," ujarnya.

Baca juga: RSD Wisma Atlet rawat 693 pasien COVID-19

Baca juga: Bantu pergerakan medis, Grab sediakan skuter GrabWheels di Wisma Atlet



Ikut anjuran

Ayu berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk peka dan mengikuti serta melakukan seluruh anjuran dan aturan pemerintah untuk penanganan dan pencegahan penyebaran COVID-19 seperti rajin mencuci tangan, jaga kebersihan tempat tinggal, makan makanan bergizi dan seimbang dan minum vitamin.

"Yakinlah kalau kita melakukan hal tersebut pasti pandemi ini cepat berakhir," tuturnya.

Terhadap sesama relawan, Ayu menyampaikan agar tetap semangat dan menjaga kesehatan.

"Kita datang sehat kita pulang juga harus sehat, jangan biarkan keluarga kita khawatir, berantas COVID-19, kita bisa," kata Ayu.

Jika, di kemudian hari diperlukan relawan untuk penyakit menular lain selain COVID-19, Ayu bersedia untuk berpartisipasi.

Bagi Ayu, pengalaman dan kegagalan akan membuat orang menjadi lebih bijak.

"Karena niat saya paling utama adalah hidup untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan kita," tuturnya.*

Baca juga: RSD Wisma Atlet layani rawat inap 575 pasien positif COVID-19

Baca juga: Hingga Kamis malam, 335 pasien keluar dari RSD COVID-19

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020