Jakarta (ANTARA News) - Seorang wanita warga negara Indonesia (WNI) berinisial RM menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat Airbus A310-300 milik maskapai penerbangan Yaman, Yemenia, yang jatuh pada 30 Juni di laut dekat Kepulauan Comoros, Samudera Hindia.

"Korban adalah seorang pramugari yang bekerja pada maskapai penerbangan tersebut. Saat ini belum ada informasi dari otoritas penerbangan Yaman mengenai nasib para korban karena pencarian sedang dilakukan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan keluarga wanita asal Magetan, Jawa Timur, tersebut sudah diberitahu. Pemerintah Indonesia sedang menjajaki kemungkinan untuk mengirimkan pihak keluarga ke Yaman untuk mengetahui kabar terbaru mengenai anaknya.

Pesawat Airbus dengan nomor penerbangan IY 626 tersebut mengangkut 142 penumpang dan 11 awak pesawat.

"Sejauh ini, baru seorang gadis berusia 14 tahun yang dilaporkan selamat dari kecelakaan tersebut. Remaja tersebut berada di rumah sakit dan dalam keadaan tak mengkhawatirkan," kata Ramulati Ben Ali dari Palang Merah setempat.

Seorang pria yang mengaku sebagai salah seorang penyelamat gadis remaja tersebut memberitahu stasiun radio Prancis, Europe 1, gadis itu terlihat sedang berenang di perairan berombak di antara banyak mayat dan puing pesawat sekitar pukul 04:00 waktu setempat (08:00 WIB).

"Kami berusaha melemparkan pelampung. Ia tak dapat menangkapnya. Saya harus melompat ke air untuk memegang dia," kata petugas penyelamat itu. "Ia gemetar terus. Kami menaruh empat selimut di tubuhnya. Kami memberi dia air manis dan panas. Kami menanyai namanya, tempat tinggalnya."

Jurubicara pemerintah Komoro juga mengkonfirmasi gadis tersebut adalah satu-satunya korban selamat sejauh ini dan disebut-sebut berasal dari desa Nioumadzaha di bagian tenggara Komoro.

Para pejabat mengatakan pesawat naas tersebut jatuh di samudra bergelombang dalam kegelapan, setelah hilang dari layar radar menara pengawas pukul 01:51 waktu Setempat (05:51 WIB).

"Mereka mengatakan pesawat tersebut mendekati tujuannya, tapi keluar dari jalur pendekatan lalu berusaha mendekati tujuan lagi tapi menghadapi masalah," kata Menteri Transportasi Prancis Dominique Bussereau kepada radio Prancis.

Bussereau mengatakan para penyelidik Prancis pada 2007 menemukan sejumlah gangguan pada pesawat tersebut dan perusahaan penerbangan itu, yang didirikan pada 1961, secara seksama dipantau oleh pemerintah Uni Eropa. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009