London (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut gembira dengan digelarnya Simposium Internasional Ilmuwan Indonesia 2009 dan berpesan kepada peserta yang terdiri dari mahasiswa, dan ilmuwan Indonesia di luar negeri agar senantiasa meningkatkan pengabdian.

Simposium yang di gagas Persatuan Pelajar Indonesia PPI sedunia didukung KBRI Den Haag serta berbagai institusi terkait di tanah air, seperti: Departemen Luar Negeri, Depdiknas, Menristek, Menpora berlangsung selama tiga hari diikuti sekitar 200 peserta.

Minister Counsellor, Pensosbud KBRI Denhaag, Firdaus Dahlan kepada koresponden ANTARA London, Senin mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pesannya pada pembukaan simposium melalui "audio conference".

Dari kediaman Presiden di Cikeas pada pukul 12.00 siang waktu Belanda atau jam 17.00 WIB, Presiden berpesan agar para pelajar menumbuh kembangkan budaya unggul untuk dapat berkompetisi dan memberikan sumbangan pada pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

Presiden juga minta pada panitia agar simposium dapat memberikan saran rekomendasi kepada Pemerintah tentang bagaimana strategi pembangunan Indonesia ke depan harus dilaksanakan khususnya Indonesia menuju era tahun 2020.

Menurut Firdaus Dahlan, setidaknya ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian Presiden untuk dapat dibahas dalam simposium diantaranya masalah ekonomi Indonesia menghadapi tantangan resesi ekonomi global dan upaya mengurangi ketergantungan kepada ekspor.

Selain itu masalah ketahanan pangan dan energi serta kontribusi TI dalam pembangunan; dan masalah demokratisasi serta penegakan hukum (rule of law) juga menjadi perhatian Presiden.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap agar simposium ini dapat memberikan sumbangan pemikiran atau saran rekomendasi kebijakan menghadapi isu-isu pokok di atas.

Selain itu, ia juga menyambut baik gagasan untuk membentuk "Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional" yang akan sangat positif bagi bangsa dan Negara Indonesia. "Agar lebih optimal dilakukan dengan bermitra dengan ilmuwan Indonesia yang berada di tanah air," ujarnya.

Simposium dibuka Dubes RI Den Haag JE Habibie yang dalam sambutan menyampaikan kegembiraannya atas tanggung jawab moral yang diberikan pemuda dan pelajar Indonesia di luar negeri untuk memikirkan hari depan bangsa dan Negara Indonesia.

Menengok sejarah masa lampau, pemuda dan pelajar senantiasa berada di garis depan menjadi ujung tombak dalam pembaharuan, ujarnya.

Untuk itu Dubes Habibie mengajak pemuda dan pelajar Indonesia di luar negeri untuk senantiasa berpandangan ke depan dan tidak tenggelam dengan masa lalu.

Diharapkannya pemuda dan pelajar yang ada di luar negeri memiliki semangat nasionalisme dan rasa ke-indonesia yang tinggi.

Simposium yang dilaksanakan bukanlah akhir dari pengabdian pemuda dan pelajar untuk menyumbangkan pemikiran bagi pembangunan Indonesia, ujarnya.

Dubes Habibie juga menantang pemuda dan pelajar Indonesia untuk menyelenggarakan pertemuan yang lebih besar dengan mensinergikan kekuatan ilmuwan dan mahasiswa Indonesia di luar negeri dan ilmuwan serta mahasiswa Indonesia di dalam negeri .

"Mulai dari Den Haag menuju Pertemuan Akbar di Tanah air." Gagasan ini juga didukung Depdiknas khususnya Dirjen Dikti yang menyatakan siap untuk memfasilitasi pelaksanaan pertemuan dimaksud di tahun mendatang.

Simposium diikuti 200 mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai Negara dan perwakilan KBRI dari berbagai Negara serta 35 perwakilan perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) mewakili empat benua yaitu Eropa, Amerika, Timur-Tengah, dan Asia.

Simposium juga diikuti para pakar/ilmuwan Indonesia dan perwakilan mahasiswa dan pemuda dari tanah air seperti wakil dari ITB, IPB, Univ Paramadina, Universitas Tri Sakti, UIN, UPH, KNPI.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009