Denpasar (ANTARA News) - Sebagian penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar, Bali, mengaku kecewa karena pentas sendratari "Sri Tanjung the Scent or Innocence", Sabtu malam, berhenti (bubar) sebelum waktunya.

Pentas Sri Tanjung dalam penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-31 yang ditunggu-tunggu penonton itu bubar karena hujan menguyur. Baru 30 menit pentas berlangsung dari yang seharusnya tiga jam, sudah bubar karena hujan.

Pementasan dimulai pukul 08.15 Wita setelah Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, Ketua DPRD Bali Ida Bagus Putu Wesnawa dan Wakil Gubernur Bali AAN Puspayoga menyerahkan penghargaan dan hadiah kepada juara 54 jenis perlombaan dalam kaitan PKB ke-31 2009.

Lebih dari 10.000 penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar terpaksa membubarkan diri, dan pementasan dihentikan, meskipun sebelumnya tidak ada petunjuk langit tampak mendung.

I Made Sumiartha (45) bersama istrinya berteduh tidak jauh dari panggung pementasan, dengan harapan garapan kolosal yang melibatkan lebih dari 75 seniman profesional itu dapat dilanjutkan.

Namun nyatanya setelah hujan reda sekitar 1,5 jam kemudian, pementasan sendratari tidak dilanjutkan.

I Kadek Suardana, ketua Yayasan Arti Denpasar yang juga bertindak selaku sutradara pementasan tersebut mengaku kecewa, karena tidak dapat memuaskan penonton akibat guyuran hujan deras.

"Saya juga sangat sedih dan kecewa, karena hasil garapan yang dipersiapkan selama enam bulan tidak bisa dinikmati penonton," ujarnya.

Puluhan penabuh begitu guyuran hujan deras berusaha mengamankan aneka jenis kendang, bagian dari alat musik agar tidak rusak terkena air hujan.

Garapan karya seni yang melibatkan lebih dari 75 seniman profesional melalui proses yang cukup panjang dengan persiapan yang matang.

Hal itu berawal dengan mengadakan penelitian interpretasi naratif dan penulisan skrip, menyusul penggarapan komposisi musik dan tembang.

Semua itu dimaksudkan untuk membuat padu-padan yang harmonis yang mampu menjembatani masa lalu dengan masa sekarang, yang penggarapannya melibatkan pakar seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan ISI Surakarta.

Kadek Suardana yang sukses memimpin tim kesenian Bali ke sejumlah negara di belahan dunia, dalam garapan drama tari Sri Tanjung melibatkan seniman dari berbagai generasi dan bidang seni pertunjukan berkolaborasi melakukan eksplorasi dan persilangan idiom-idiom tradisi.

"Hasilnya sebuah pertunjukan yang memancarkan ekspresi artistik bernuansa kontemporer yang menyatu secara estetis. Sebuah karya alternatif yang merevitalisasi kesenian tradisi dan mudah diapresiasikan oleh masyarakat luas," ujar Kadek Suardana.

Garapan seni dengan proses kreatif yang sangat instens juga merupakan hasil pemikiran dan diskusi dengan AAN Puspayoga, seorang pencinta seni yang kini menjabat Wakil Gubernur Bali.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009