Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri mengalokasikan dana sebesar 35 juta dolar ASuntuk kredit sindikasi ke Bank Ekspor Impor (BEI).

Alokasi dana ini sebagai tindaklanjut dari penandatanganan perjanjian kredit sindikasi dengan BEI sebesar 210 juta dolar AS bersama 15 bank lain di Singapura pekan ini, demikian siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.

Tujuan dari pemberian kredit sindikasi ini adalah sebagai refinancing atas fasilitas kredit sindikasi BEO sebesar 148 juta dolar AS, yang akan jatuh tempuh pada 13 Juli 2009 dan untuk membiayai aktivitas kegiatan ekspor nasabah BEI.

"Kredit sindikasi ini dapat dikatakan sangat sukses, karena sedianya penawaran pada awal hanya 125 juta dolar AS namun oversubscribed menjadi 285 juta dolar AS," kata Thomas Arifin, Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri.

Selain Bank Mandiri, sindikasi ini juga diikuti oleh bank-bank di Indonesia seperti PT Bank Ekonomi Raharja, Bank BNI, dan Bank BRI.

Bank lain yang berpartisipasi dalam sindikasi kredit tersebut adalah The Bank of Tokyo-Mitsubishi, Bank ICBC Indonesia dan sejumlah bank lainnya.

"Dukungan ini telah mengambil momentum tidak hanya dari perspektif bisnis tetapi dari orientasi kegiatan ekspor di Indonesia dan menjadi sangat istimewa bagi kami karena dilaksanakan pada awal proses transformasi BEI menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang didirikan pemerintah berdasarkan UU No:2 Tahun 2009," katanya.

Thomas mengatakan, berdasarkan kajian The Econimist Inteligent Units (EIU), angka international Trade Indonesia di tahun 2009 akan jatuh menjadi 160 miliar USD (ekspor FOB 91 miliar USD dan impor 69 miliar USD) dibanding tahun 2008 senilai 258 miliar USD.

Hal ini berarti nilai International Trade sama dengan tahun 2005. Setelah itu trendnya akan naik sekitar 10 persen sama atau mengikuti pola kenaikan sebelum tahun 2008."Prediksi ini sebelum pilpres yang sukses," katanya.

Karena itu pada tahun 2009 ini adalah kondisi botton International Trade Indonesia. "Jadi prospek international trade kita cukup lumayan baik," katanya.

Dia menambahkan nilai ekspor Indonesia sampai Mei 2009 mencapai Rp41 miliar USD, bila dibanding periode yang sama tahun lalu turun 29 persen, namun demikian bulan Mei saja nilai ekspor mencapai 9,3 miliar USD dan menunjukkan trend peningkatan dari awal tahun.

Untuk tahun 2009, kata dia, nilai ekspor diperkirakan masih lebih rendah dari tahun lalu, namun masih terdapat beberapa komoditi non migas yang tidak banyak terpengaruh krisis yaitu sektor pertanian dan perkebunan seperti tembakau serta makanan olahan.

Hanya saja ekspor non migas dihadapkan pada tantangan kebijakan proteksi yang digulirikan beberapa negara importir utama.

"Jika memperhatikan trend yang terus membaik, serta komitmen beberapa institusi keuangan dunia seperti ADB yang memberikan bantuan fasilitas dan pembiayaan trade, serta stabilnya harga minyak dunia, pertumbuhan ekspor Indonesia tahun ini masih dapat optimis di level 4-5 persen, kata Thomas Arifin. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009