Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Mirza Adityaswara mengatakan, rupiah bisa menembus di bawah Rp10.000 per dolar AS pada kuartal IV tahun ini.Hal tersebut setidaknya dipengaruhi oleh sentimen di dalam negeri terutama kejelasan pemerintahan yang baru nanti serta kebijakan perekonomian AS.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi Sarwono menilai, penguatan rupiah saat ini sedikit terganggu karena adanya beberapa guncangan yang terjadi di luar negeri.

"Kemarin (13/7) agak melemah sedikit dalam masalah globalnya terutama di Amerika Serikat, mereka dikhawatirkan angka penganggurannya masih tinggi, sehingga diperlukan tambahan fiskal stimulus, sehingga pasar global, pasar modalnya terkena. Ini imbasnya juga ke kita, tapi hanya sedikit," katanya.

Rupiah sendiri dalam dua hari terakhir mengalami pelemahan tipis. Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, pada Senin pada Rp10.1800-10.190 per dolar.

Pada Selasa sore (14/7) rupiah masih turun tipis di pasar menjadi Rp10.195-Rp10. 205 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.180-Rp10.190 atau turun 15 poin.

Sedangkan berdasarkan nilai tengah BI, setelah melemah tipis Rp50 menjadi Rp10.190 per dolar AS pada Senin (13/7), hari ini (14/7) rupiah kembali melemah sebesar Rp30 menjadi Rp10.220 per dolar AS.

Sementara itu, pelemahan dolar telah diperkirakan sebelumnya akibat dari adanya krisis yang menimpa AS. Krisis di AS membuat pemerintah AS harus mencetak uang yang sangat besar.

Akibatnya dolar akan membanjiri pasar yang pada akhirnya mendorong pelemahan mata uang untuk perdagangan internasional tersebut. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009