Beijing (ANTARA News/AFP) - Sekelompok cendekiawan China, Selasa, menyerukan pembebasan seorang intelektual muslim Uighur yang dilaporkan ditahan karena dikaitkan dengan kerusuhan Xinjiang, China, yang merenggut nyawa lebih dari 180 orang.

Hampir 160 pengacara, intelektual dan seniman menandatangani surat terbuka kepada pemerintah tentang desakan pembebasan Ilham Tohti yang menurut para aktivis dan kelompok HAM ditahan tanpa sebab minggu lalu.

"Professor Ilham telah bekerja memajukan persahabatan antar kelompok etnis dan menyelesaikan konflik diantara mereka. Dia seharusnya tidak dianggap seorang kriminal," demkian surat itu dalam email ke AFP.

Surat itu juga berisi desakan kepada pemerintah untuk mengkaji kembali kebijakan mengenai minoritas etnis dan mempelajari apakah kebijakan tersebut telah menyulut kerusuhan.

"Kami bertanya pada pemerintah, jika cendikia seperti Ilham Tohti yang telah berupa mempersatukan warga Uighur dan China Han, diperlakukan sebagai musuh, lalu siapa sekutu kalian?" demikian surat itu.

Menurut pemerintah, sekitar 180 orang terbunuh, termasuk 137 orang China Han, dalam kerusuhan yang meledak pada 5 Juli di Urumqi, ibukota daerah genting di China, Xinjiang.

Xinjiang adalah kampung bagi sekitar delapan juta warga Uighur yang mengeluhkan penindasan dan diskriminasi pemerintah China.

Tohti, profesor pada China Minorities University, ditangkap dari rumahnya di Beijing pekan lalu namun belum dikenai tuduhan apapun, demikian aktivis Tibet, Woeser, yang juga menandatangani surat itu kepada AFP.

"158 orang yang menandatangani surat terbuka itu adalah satu-satunya kelompok yang menandatangani (surat seruan kepada pemerintah). Banyak orang menandatangani surat ini," kata Woeser lagi.

Tohti ditahan setelah pihak berwenang Xinjiang mengumumkan blognya "Uighur Online" dalam siaran televisi, dengan menyebutnya sebagai sarana mengorganisasikan protes 5 Juli di Urumqi, lapor Reporters Without Borders.

Biro Keamanan Publik telah memperingatkannya bulan lalu bahwa postingannya yang membahas hubungan etnis China Han dengan etnis Uighur telah melanggar undang-undang.

Biro ini tidak mengonfirmasikan penahanan Tohti itu saat AFP mengontaknya pekan lalu dan Selasa ini staf di sana tidak bersedia mengeluarkan komentar mengenai hal itu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009