Kami terus berada di pasar yang bergejolak dan harga mundur ini tidak mengejutkan saya
New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran pasokan dan permintaan global menghapus keuntungan awal yang didorong kenaikan harga jual minyak mentah resmi Arab Saudi dan kenaikan mengejutkan dalam ekspor China bulan lalu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli turun 26 sen atau 0,9 persen, menjadi menetap pada 29,46 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni kehilangan 44 sen atau 1,8 persen menjadi ditutup di 23,55 dolar AS per barel.

Pada awal sesi, Brent telah naik lebih dari lima persen dan WTI naik lebih dari 10 persen. Untuk minggu ini, Brent masih melonjak sekitar 11 persen dan WTI melambung sekitar 18 persen.

Kedua patokan minyak telah meningkat tajam minggu ini karena negara-negara telah mengurangi kuncian terkait virus corona dan permintaan bahan bakar telah rebound moderat. Produksi minyak di seluruh dunia juga menurun untuk mengurangi kelebihan pasokan.

“Kami terus berada di pasar yang bergejolak dan harga mundur ini tidak mengejutkan saya. Saya pikir ada beberapa aksi ambil untung,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

"Saudi (berita harga) mendukung awal perdagangan, tetapi kami masih memiliki hambatan signifikan dalam hal ekonomi, permintaan dan penyimpanan," kata Kilduff.

Persediaan minyak mentah AS di pusat penyimpanan Cushing di Oklahoma naik sekitar 407.000 barel dalam sepekan hingga 5 Mei, kata para pedagang mengutip data Genscape.

Klaim pengangguran AS, sementara itu, terus meningkat, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat dengan 3,2 juta orang mencari tunjangan pengangguran untuk pekan yang berakhir 2 Mei. Angka terbaru mengangkat total menjadi sekitar 33 juta klaim sejak 21 Maret.

Analis di Rystad Energy memproyeksikan permintaan minyak global akan turun 10,9 persen pada 2020 menjadi 88,7 juta barel per hari (bph) dari sekitar 99,5 juta bph pada 2019. Pekan lalu, konsultan energi itu memperkirakan permintaan tahun depan akan rata-rata 88,8 juta barel per hari.

Harga minyak jauh lebih tinggi pada awal perdagangan menyusul laporan dari Arab Saudi tentang harga minyak mentah dan laporan impor dan ekspor di China.

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk Juni setelah memotong ekspor Mei ke hampir terendah dalam satu dekade menyusul kesepakatan oleh produsen global untuk mengurangi produksi guna menopang harga.

"Itu ... kemungkinan terlihat sebagai indikasi kuat bahwa Kerajaan akan menindaklanjuti pemotongan pasokan yang disepakati pada pertemuan darurat OPEC+ 12 April," kata Harry Tchilinguirian, kepala penelitian komoditas di BNP Paribas, mengatakan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu - kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ - sepakat untuk memangkas produksi mulai 1 Mei sekitar 10 juta barel per hari untuk membantu mendukung harga.

Di China, sementara itu, impor minyak naik menjadi 10,42 juta barel per hari pada April dari 9,68 juta barel per hari pada Maret, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data bea cukai untuk empat bulan pertama 2020.

Namun, impor negara itu untuk semua barang jatuh, menunjukkan pemulihan apa pun terhambat karena ekonomi di seluruh dunia jatuh ke dalam resesi.

Baca juga: Harga minyak jatuh di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan
Baca juga: Harga minyak melonjak ditopang pelonggaran penguncian virus corona

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020