Jakarta (ANTARA News) - Dua ledakan bom di Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, mengakibatkan sembilan orang tewas, sedangkan puluhan lainnya lainnya dirawat di rumah sakit.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Chyshananda, ledakan pertama terjadi sekitar pukul 07.40 WIB, disusul ledakan kedua empat menit kemudian.

"Korban meninggal dan luka dibawa ke Rumah Sakit MMC dan Rumah Sakit Jakarta," katanya.

Ledakan yang diduga kuat berasal dari bom berdaya ledak tinggi menyebabkan kerusakan yang ditimbulkan cukup besar termasuk satu restoran.

Hingga Jumat siang, sepuluh korban ledakan di Hotel JW Marriot dirawat di Rumah Sakit Jakarta, dan dua diantaranya adalah warga negara asing yakni Edward Thielsen dan David Fotter.

Sedangkan sisanya adalah warga negara Indonesia (WNI) antara lain Dewi Lestari, Rini dan Saffan.

Ririn dan Dewi Lestari sudah bisa meninggalkan rumah sakit karena hanya mengalami luka ringan sementara korban lainnya masih harus menjalani perawatan intensif.

Suasana di RS Jakarta yang terletak di Jalan Sudirman Jakarta itu kini masih ramai didatangi warga Jakarta yang berbaur dengan kerabat korban yang ingin menjenguk korban .

Sementara itu, Rumah Sakit MMC Kuningan telah menerima 29 orang korban

Ke-29 korban itu adalah Anarianto Makhnbu, Caturindu, Cho Ing Sang, Dadang Hidayat, Geovanni, Hut Bosco Keung, Ibushi Asu, Jame Makkeba, Junita, Jurika Kartika, Kevin, Linda, Marico.

Kemudian, Melisa, William, Noke Kiroyan, Oki Utomo, Peter, Regi Aalstad, Rinaldi Domanik, Scott Mirilles, Shweta Shukita, Simon Louis, Sudargo, Yoga, Yurika, Yurike, Yusuf dan Yusuf P.

Direktur Utama PT Holcim Indonesia Tbk, Timothy Mackay, menjadi salah seorang korban ledakan dan meninggal dunia di RS Medistra.

Timothy merupakan WNA yang pada saat kejadian sedang menginap di Hotel JW Marriott untuk keperluan bisnis.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri , Kepala Badan Intelejen Negara(BIN) Syamsir Siregar dan Gubernur DKI Fauzi Bowo telah meninjau lokasi kejadian.

Sementara Gubernur Fauzi Bowo memberikan sedikit komentar bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepada pihak Polri.

"Kami serahkan sepenuhnya kepada pihak Polri," kata Fauzi singkat.

Kapolri juga belum memberikan keterangan resmi mengenai peristiwa itu.

Sejumlah wartawan tampak masih menunggu adanya keterangan resmi pihak Polri.

Polri sendiri hingga kini masih terus melakukan identifikasi para korban, mengambil keterangan para saksi, mengumpulkan barang bukti dan mengamankan lokasi kejadian.

Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak mengatakan, Polri akan memberikan keterangan setelah mendapatkan informasi lengkap dari petugas di lapangan.

Kutuk


Menanggapi dua ledakan itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan mengutuk indisen itu.

"Saya mengutuk sekeras-kerasnya perbuatan dari oknum tidak bertangggung jawab yang sengaja memperkeruh suasana keamanan," katanya ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia mendesak kepolisian mengusut tuntas insiden itu.

Amidhan juga menyesalkan sasaran ledakan ke Hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton yang merupakan tempa menginap warga asing, terutama dari Amerika Serikat( AS).

"Saya mengindikasikan ini ada kaitannya dengan Pilpres yang berdasarkan perhitungan cepat dimenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) - Boediono," katanya.

Karena itu , dia mengharapkan yang tidak puas dengan hasil Pilpres untuk menempuh proses hukum.

"Ada mekanismenya. Jadi jangan melakukan upaya yang memperkeruh suasana, apalagi hingga mengorbankan anak bangsa tidak berdosa,"ujar Amdihan.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Effendy Choirie mendesak aparat keamanan untuk mengusut tuntas kasus ledakan itu.

"Harus diusut tuntas, Bukan hanya pelakunya yang diburu, tetapi motifnya juga harus diungkap," katanya di Jakarta, Jumat pagi menanggapi ledakan di kawasan itu.

Terkait pelaku, dia mengemukakan, harus diungkap apakah merupakan jaringan teroris kelompok radikal yang selama ini beroperasi di Indonesia atau ada kelompok lain.

Sedangkan mengenai motif ledakan, dia mengemukakan, motifnya bisa saja untuk mengganggu keamanan nasional sebagai bagian dari skenario yang sudah dijalankan oleh pelaku aksi-aksi peledakan oleh kelompok radikal sebelumnya.

Namun bisa saja motifnya politis, yaitu terkait pilpres.

"Karena ini `kan masih dalam suasana pilpres, kasus seperti ini mungkin saja digunakan sebagai cara untuk memojokkan pihak yang kurang puas terhadap hasil pilpres," katanya.

Ledakan ini, kata Gus Choi, jelas memiliki motif tertentu. Selain diarahkan dan dikaitkan dengan pilpres, mungkin saja kasus peledakan ini juga dikaitkan dengan rencana kedatangan tim sepak bola Manchester United (MU).

"Tim MU `kan kabarnya menginap di hotel tersebut. Dari sisi diplomasi, aksi ledakan ini termasuk gangguan bagi hubungan kedua negara," katanya. (*)

Oleh Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009