Juli (ANTARA News/Bloomberg) - Perekonomian Indonesia tahan banting dari dampak serangan bom ke hotel Ritz Carlton dan JW Marriott di Jakarta, demikian para ekonom asing seperti dikutip Bloomberg.

"Serangan teroris ke Indonesia bukan hal baru. Dampak ekonominya sepertinya akan kecil saja," kata Johanna Chua, Kepala riset ekonomi Asia pada Citigroup Inc, Hong Kong.

Selama satu dekade mengalami ekspansi ekonomi secara berkelanjutan, Indonesia tidak pernah terganggu oleh satu pun dari enam serangan bom oleh teroris sejak Oktober 2002 karena serangan-serangan itu hanya berdampak kecil pada tingkat belanja konsumen, yang merupakan dua pertiga dari kekuatan ekonomi Indonesia.

Fitch Ratings mengatakan sebuah "insiden yang terpisah" tidak akan berdampak pada "outlook" (prospek) kredit Indonesia.

"Peristiwa itu memang tragis, tetapi itu bukan peristiwa yang bisa mengubah kebijakan makro ekonomi (Indonesia). Saya rasa itu hanya berdampak secara jangka pendek saja," kata Richard Grace, kepala analis valas pada Commonwealth Bank of Australia, Sydney.

Perekonomian Indonesia yang berkekuatan 433 miliar dolar AS atau yang terbesar di Asia Tenggara, tumbuh 4,4 persen pada paruh pertama setahun terakhir ini. Bandingan dengan Malaysia yang berkontraksi 6,2 persen atau Thailand yang merosot 7,1 persen.

Pertumbuhan ekonomi akan semakin melesat tinggi sampai 7 persen jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memenuhi janjinya untuk menuntaskan infrastruktur jalan yang rusak, pelabuhan-pelabuhan yang terbengkalai dan memperbarui kelistrikan, kata Joachim von Amsberg, wakil Bank Dunia di Jakarta.

Cadangan Devisa

Rupiah melemah ke titik terendah dalam tiga pekan terakhir, sedangkan harga saham anjlok, menyusul serangan bom di Mega Kuningan, Jakarta, yang menewaskan sembilan orang dan melukai 53 lainnya.

Rupiah tertekan 1 persen pada Rp10.223 per dolar AS, sementara IHSG anjlok 2,7 persen.

Pemboman Jakarta tidak menunjukkan (naiknya) risiko kredit untuk Indonesia, kata James McCormack, kepala pemringkat obligasi pemerintah Asia pada Fitch Ratings, Hong Kong.

Indonesia disebut memiliki cadangan devisa 57,6 miliar dolar AS sampai akhir Juni, atau hampir terbesar sejak Juli 2008.

"Tentu saja jika episode ini (serangan bom) terjadi lagi maka akan menjadi keprihatinan terhadap keamanan nasional. Tapi kita belum sampai ke sana,” kata McCormack dalam wawancara dengan TV Bloomberg.

Kemarin Indonesia menjual 35 miliar yen (374 juta dolar AS) obligasi Samurai bertenor 10 tahun, beberapa saat setelah serangan bom.

Penjualan obligasi untuk tetap menarik investor Jepang ini, adalah kali pertama dilakukan Indonesia sejak ambruknya Lehman Brothers Holdings Inc. September tahun lalu.

"Kami tidak melihat satu pun gejolak besar dalam perekonomian (Indonesia) sebagai reaksi dari serangan bom itu," kata Helmi Arman, ekonom pada PT Bank Danamon Indonesia, Jakarta.

Tetap Percaya


Accor SA, perusahaan perhotelan Eropa dan menjadi operator bagi 37 hotel di Indonesia, menyatakan pihaknya akan melanjutkan rencana mereka membangun 15 hotel di berbagai wilayah Indonesia.

Perusahaan yang berbasis di Paris yang memiliki 11 hotel di Jakarta, mempertahankan komitmennya di Indonesia, kata Gerard Guillouet, Wakil Presiden Accor untuk Malaysia, Indonesia dan Singapura, dalam emailnya.

"Faktor-faktor global masih berpihak pada Indonesia. Fundamental perekonomian masih tetap kuat," kata Fauzi Ichsan, ekonom senior pada Standard Chartered Plc, Jakarta.

Ekonomi Indonesia pernah melambat selama berbulan-bulan gara-gara Bom Bali pada Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang.

Perumbuhan ekonomi menyusut menjadi 4,75 persen pada kuartal yang berakhir Desember 2002 dari 5,2 persen yang dicapai triwulan sebelumnya. Pendapatan dari sektor pariwisata selama tahun itu turun 20 persen menjadi 4,3 miliar dolar AS dibandingan tahun 2001.

Ekspansi ekonomi juga sempat menyusut menyusul serangan bom pada Agustus 2003 ke hotel JW Marriott, Jakarta dan Bom Bali dua pada Oktober 2005, yang membuat para turis membatalkan keberangkatannya ke kota itu.

Stabilitas Politik


"Pariwisata, retail dan segala kegiatan ekonomi berkaitan dengan pelancongan mungkin akan langsung terkena dampaknya oleh peristiwa itu, tapi kami perkirakan itu hanya berlangsung sementara,” kata Chua dari Citigroup.

Perekonomian Indonesia juga diuntungkan oleh lingkungan politik yang lebih stabil dalam beberapa tahun terakhir dan oleh keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan kaum ekstremis.

"Ada banyak kemajuan yang dicapai Indonesia dalam melawan teroris. Mereka (rakyat Indonesia) berhasil menuntaskan rangkaian pemilu tanpa ada insiden berarti," kata Stephen Vickers, Kepala Eksekutif FTI International Risk Ltd yang berbasis di Hongkong.

Pertumbuhan ekonomi akan terus melemah jika serangan bom kemarin merupakan awal dari kampanye baru kelompok Jamaah Islamiyah yang disebut Barat merupakan kelompok militan Asia Tenggara yang memiliki hubungan dengan Alqaeda.

"Serangan bom yang lebih kecil, lebih kotor, dan lebih rendah yang melibatkan sejumlah kecil orang tampaknya akan terjadi. Mungkin akan ada lagi serangan berintensitas rendan dan berskala kecil pada beberapa pekan mendatang," kata Vickers. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009