Jakarta (ANTARA News) - Direktur Lembaga Kajian Syariat Islam Fauzan Al Anshori menduga aksi bom yang terjadi di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott sebagai operasi untuk mendiskreditkan kelompok Islam.

"Saya kira ini operasi untuk mendiskreditkan Islam. Asumsi ini didukung modusnya yang menggunakan false fact (fakta palsu) dengan meninggalkan bom yang siap meledak di kamar 1808 di JW Marriott," kata mantan juru bicara Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu, di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, tidak masuk akal ada orang yang masuk ke hotel yang dijaga super ketat dan meninggalkan bom yang masih aktiv di kamarnya.

"Ini tidak mungkin sebagai kecerobohan, tapi sebagai bukti palsu. Bukti ini nantinya akan ditujukan kepada kelompok Islam, Jemaah Islamiyah (JI)," kata Fauzan.

Ia mengaku tak habis fikir pada tanggal 15 Juli 2009 ada tamu Hotel JW Marriott yang lolos membawa detonator dalam tas laptop.

"Pertanyaannya, kenapa tidak terdeteksi X-Ray. Ini merupakan keahlian dari orang tertentu yang spesialis bom dan tidak mungkin dilakukan kelompok JI," ujarnya.

Bom di kedua hotel itu ketika diperiksa bahannya dinyatakan sama dengan bom yang digunakan pada pengeboman di JW Marriot tahun 2003 dan bom Bali.

Dengan modus seperti itu, katanya, kelompok JI kembali dituding sebagai pelaku. Buntutnya, akan ada penangkapan terhadap aktivis-aktivis Islam.

Menurut Fauzan, kejanggalan lain terlihat ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan keberaniannya menduga aksi bom ada kaitan dengan proses politik yang sedang berlangsung, namun kemudian CNN dan media di Australia justru menuding kelompok JI.

"Padahal SBY tidak pernah menyebut-nyebut kelompok JI. Pertanyaannya, kalau statemen presiden mengarah pada proses politik yang sedang berlangsung, kenapa kemudian diarahkan kepada JI?" katanya.

Ia juga mempertanyakan apakah Nurdin yang diidentifikasi sebagai pelaku, merupakan Nurdin M Top. Akan tetapi menurutnya, secanggih apapun Nurdin M Top dan kelompoknya, tidak akan mungkin bisa masuk ke hotel JW Marriott dan membawa bahan peledak seperti itu.

"Atau pelakunya masuk melalui dapur," katanya.

Menyoal Nurdin M Top, Fauzan mengaku punya pertanyaan besar, apakah yang bersangkutan benar-benar ada atau sengaja "dipelihara". Sebab, kalau benar-benar ada kenapa aparat tidak bisa menangkapnya.

"Ketika mengejar Imam Samudera dan Mukhlas bisa cepat namun kenapa menangkap Nurdin M Top bisa lama sekali. Ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab sebelum menuduh JI," katanya.

Ia memperkirakan, setelah JI dituduh terlibat, tuduhan selanjutnya akan diarahkan pada Ustadz Abu Bakar Ba`asyir.

Dalam kaitan itu, Fauzan mengharapkan kepada aparat tidak cepat-cepat mengeluarkan stereotip kepada kelompok Islam karena dari indikasinya, kasus bom ini merupakan bagian dari sebuah operasi untuk menjatuhkan Islam.

"Kalau Islam di Indonesia sudah distereotipkan sebagai teroris, pihak asing kemudian akan buru-buru menawarkan bantuan untuk memerangi teroris. Setelah itu, akan ada `bargaining` dan ancaman bagi SBY untuk menjauhi partai Islam yang berkoalisi dengan partai pendukungnya," kata Fauzan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009