Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Australia mengutuk keras segara aksi terorisme yang terjadi di Jakarta pada Jumat (17/7) pagi yang berupa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton.

"Karena merusak demokrasi dan kebebasan, serta merusak tatanan program pembangunan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai selama ini," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Hassan Wirajuda saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith, di Jakarta, Sabtu.

Serangan terorisme itu kembali menelan korban jiwa serta mencederai sejumlah warga sipil yang tidak berdosa.

Hassan mengatakan, kunjungan Menlu Smith adalah kunjungan dari seseorang tetangga dan teman dekat, juga teman dikala berduka didera musibah karena terjadinya serangan bom teroris di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton.

Berdasarkan perjanjian kerjasama 7 Pebruari 2002 dan perjanjian Lombok - Perth 26 November 2006, kedua negara bersepakat untuk memajukan kerjasama yang erat guna melawan terorisme.

"Kerjasama tersebut melalui pertukaran informasi, termasuk informasi intelijen, pelatihan dan peningkatan kapasitas dan bahkan operasi bersama yang dilakukan sejak terjadinya bom Bali pertama 12 Oktober 2002," katanya.

Menlu RI juga menyampaikan terimakasih kepada negara-negara sahabat yang telah menyampaikan ungkapan belasungkawa dan simpati nya, serta menawarkan bantuan dalam upaya mengungkap pelaku di balik aksi teroris.

"Saya sampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada korban dan keluarga korban aksi teroris yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton," kata dia.

Menurut dia, aksi serangan terorisme yang baru saja terjadi mengingatkan semua pihak untuk tidak lengah dalam upaya melawan terorisme.

Kerjasama dengan negara-negara tetangga perlu ditingkatkan karena sifat dari aksi terorisme yang lintas perbatasan dan merugikan masyarakat sipil, terlepas dari asal kewarganegaraan nya.

"Terorisme merupakan ancaman langsung tidak hanya bagi stabilitas negara, tetapi juga keamanan dan perdamaian di kawasan," paparnya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009