Solo (ANTARA News) - Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mengecam komentar Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Habib Abdurrahman Assegaf terkait ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta Jumat (17/7) lalu.

"Kami mengecam komentar Habib Abdurrahman yang mengatakan bahwa kami hanya mencari sensasi ketika menyangkal dugaan pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta, pernah menjadi santri di pondok ini," kata Wakil Direktur III Ponpes Al Mukmin, Soleh Ibrahim, di Sukoharjo, Senin.

Soleh mengaku belum ada rencana Al Mukmin untuk menggugat Habib Abdurrahman, namun pihaknya menuntut Habib meminta maaf atas pernyataannya yang disampaikan di media massa.

"Jika hal tersebut tidak direspons, tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan gugatan hukum. Kami tidak bisa menerima komentar-komentar tersebut karena tidak berdasarkan bukti yang jelas mengenai hal yang dituduhkan kepada pihaknya," katanya.

Mengenai tuduhan pelaku bom bunuh diri, Nur Sahid, berasal dari pondok pesantren Ngruki, Soleh kembali menegaskan bahwa itu tidak benar.

"Dari daftar santri yang pernah belajar di Ponpes ini, tidak ada nama Nur Sahid di dalam daftar tersebut," katanya.

Menurut Soleh, Al Mukmin tidak akan menyangkal kalau memang kalau terbukti tersangka terorisme itu pernah belajar di Al Mukmin dan terdaftar sebagai santri.

"Untuk tuduhan kali ini kami menyangkalnya karena memang tidak terdaftar di dalam buku induk Ponpes ini. Kami memberi kesempatan ke siapa saja, termasuk pihak keluarga, untuk membuktikan tersangka tersebut pernah terdaftar sebagai santri kami," katanya.

Saat ini, lanjutnya, pihak Ponpes belum mengkonfirmasi keluarga tersangka terkait pengakuan mereka bahwa Nur Sahid pernah belajar di Ponpes Ngruki.

Jika tuduhan tersebut benar, dia mengatakan, hal tersebut tidak bisa dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan Ponpes ini karena tidak pernah ada ajaran mengenai terorisme yang diberikan pihaknya.

"Setelah santri Ponpes menyelesaikan masa pendidikan, kami menyerahkan mereka sepenuhnya kepada pihak orang tua. Oleh karena itu, aksi terorisme yang dilakukan beberapa oknum alumni ponpes ini sudah bukan tanggung jawab kami," kata Soleh Ibrahim.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009