London, (ANTARA News) - Pelanggaran hak asasi manusia di Arab Saudi meningkat sebagai akibat dari tindakan anti-terorisme yang diperkenalkan sejak serangan 11 September 2001 di AS, Amnesty International mengatakan Rabu.

Organisasi hak asasi yang bermarkas di London itu memperingatkan dalam satu laporan baru dengan menyamar sebagai sebagai keamanan nasional, ribuan orang telah ditangkap dan ditahan dengan sangat rahasia dan sejumlah yang lain dibunuh dalam "keadaan tak jelas", demikian dikutip dari AFP.

Telah lama ada masalah hak asasi manusia di kerajaan itu tapi Amnesty mengatakabn sejumlah orang telah ditahan secara sewenang-wenang, termasuk warga Arab Saudi dan asing, yang "meningkat dari ratusan menjadi ribuan orang sejak 2001".

"Tindakan anti-terorisme yang tidak adil itu telah membuat situasi hak asasi manusia yang telah menakutkan bertambah buruk," kata Malcolm Smart, direktur program Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesty.

Amnesty mencatat bahwa pada Juni 2007, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi melaporkan bahwa 9.000 tersangka keamanan telah dtahan antara 2003 dan 2007 dan bahwa 3.106 dari mereka masih ditahan.

Sedikit dari mereka yang ditahan adalah tahanan yang sebenarnya, yang ditargetkan karena kecaman mereka terhadap kebijakan pemerintah, kata laporan itu.

Sebagian besar dari mereka diduga mendukung kelompok Islam yang menentang hubungan dekat Arab Saudi dengan AS dan telah melakukan sejumlah serangan yang ditujukan pada orang Barat dan yang lain.

Amnesty mengatakan pemeriksaan pengadilan atas orang-orang yang diduga melakukan serangan terorisme dilakukan dengan rahasia, meskipun hukuman bervariasi dari denda hingga hukuman mati. Nama orang yang terlibat, atau tuduhan terhadap mereka tidak diungkapkan.

"Para tahanan ditahan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka," kata Smart. "Kebanyakan dari mereka ditahan tanpa bisa berkomunikasi dengan orang lain selama beberapa tahun tanpa pemeriksaan pengadilan, dan ditolak akses mereka ke pengacara dan pengadilan untuk menantang keabsahan penahanan mereka."

Ia menuduh masyarakat internasional gagal membebani pemerintah Arab Saudi untuk mempertanggungjawabkan apa yang diduga sebagai pelanggaran itu, dengan mengatakan kerajaan tersebut "telah menggunakan pengaruh internasionalnya yang besar untuk berhasil meloloskan diri".

Amnesty juga melaporkan bahwa banyak orang diperkirakan telah dianiaya "agar menarik pengakuan atau sebagai hukuman karena keyakinan".

Metode itu meliputi pemukulan keras dengan tongkat, penangguhan gaji tertinggi dan penggunaan kejutan listrik dan gangguan tidur, sementara "pukulan juga diterapkan sebagai hukuman sah oleh dirinya atau di samping hukuman penjara".(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009