Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Rabu sore, melemah meski Bank Indonesia (BI) dilaporkan mengintervensi pasar untuk menahan tekanan terhadap rupiah.

Rupiah ditransaksikan pada kisaran 10.065/10.075 per dolar AS, terkoreksi 25 poin dari posisi penutupan Selasa 10.040/10.050 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang Edwin Sinaga, intervensi BI membuat rupiah tidak terkoreksi lebih jauh.

Melemahnya rupiah itu lebih tipis dibanding sesi pagi yang sempat melemah 65 poin, ujarnya.

Menurut dia, menguatnya dolar karena ekonomi AS dinilai membaik setelah berhasil melewati dasar-dasar dari tekanan krisis global dan diperkirakan akan lebih membaik pada awal tahun depan.

Situasi ini memicu pelaku pasar domestik membeli dolar ketimbang rupiah, sehingga mata uang asing itu menguat meski di pasar global tak menentu.

Dolar AS bervariasi setelah Ketua Federal Reserve Ben Bernanke menerangkan bahwa ekonomi dan pasar keuangan membaik tetapi tidak cukup untuk menggantikan kebijakan moneter.

Namun pasar ragu-ragu atas komentar Bernanke itu, kata Edwin Sinaga.

Sementara itu, euro melemah menjadi 1,4227 dolar dari 1,4233 dolar di New York tetapi greenback jatuh menjadi 93,73 yen dari 94,21 yen.

Ia mengatakan, posisi rupiah saat ini cukup baik meski masih di atas 10.000 per dolar, apabila berada di bawah level itu dikhawatirkan rupiah akan terus menguat menjauhi level 10.000 per dolar.

"Kami khawatir rupiah akan terus menguat apabila berada dibawah angka 10.000 per dolar. Kenaikan rupiah yang terlalu cepat kurang menguntungkan bagi para eksportir," ucapnya.

Edwin Sinaga yang juga Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa mengatakan, rupiah diharapkan akan tetap berada di atas 10.000 per dolar sehingga tidak merusak nilai jual produk ekspor eksportir.

Apabila rupiah terus menguat hingga dibawah 10.000 maka eksportir kerepotan menghitung jual produknya sehingga mengurangi pendapatan devisa negara, katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009