Jakarta (ANTARA News) - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan hingga saat ini sektor riil di dalam negeri belum terpengaruh krisis global maupun imbas pemilu legislatif dan pemilihan presiden beberapa waktu lalu.

Sekretaris Utama Menteri Negara PPN/Sestama Bappenas Syahrial Loetan di Jakarta, Rabu mengatakan, saat ini investasi yang masuk ke Indonesia tidak semuanya merupakan investasi yang terlihat dengan kasat mata sehingga sulit untuk menghitungnya masuk dalam komponen pertumbuhan Indonesia.

"Sektor riil masih belum terpengaruh krisis global, apalagi diperkirakan akan kemungkinan imbas dari pemilu legislatif dan pemilihan presiden," katanya.

Menurut dia sejumlah sektor masih akan mengalami pertumbuhan seperti sektor semen yang diperkirakan masih naik khususnya untuk proyek properti yang tetap berjalan dan belum menunjukkanpenurunan.

"Kemungkinan juga karena infrastruktur proyek pemerintah yang banyak mengkonsumsi proyek-proyek tersebut," katanya.

Selain itu juga terjadi pada sektor listrik, karena sektor tersebut masih tetap diperlukan pemerintah dan masyarakat.

Menurut dia kapasitas listrik yang sudah terpasang akan kelebihan permintaan masyarakat, apalagi, jika proyek 10.000 MW terpasang, maka itu akan terpakai dengan cepat.

Sementara itu Bappenas mengungkapkan salah satu indikasi masih terjadinya pertumbuhan pada sektor ritel yakni, selama triwulan II-2009 konsumsi semen pemerintah dan swasta meningkat 1 juta ton dibanding triwulan I-2009, dari 8,3 juta ton menjadi 9,3 juta ton.

"Semen pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan, meskipun secara tahunan (year on year/yoy) turun dari 10,1 juta ton pada periode yang sama 2008,? kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo.

Menurut Bambang, selain konsumsi pemerintah, konsumsi swasta terhadap semen juga masih cukup besar sehingga menunjukkan indikasi indeks riil penjualan ritel naik cukup baik pada triwulan II-2009.

Artinya, lanjutnya, kegiatan ekonomi masyarakat dan swasta yang di luar stimulus APBN memang agak melambat, tapi tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009