Beijing (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai China sudah dalam jalur yang benar dalam upaya pemulihan ekonomi dan percaya bahwa negara tersebut akan mampu membantu mendorong pemulihan ekonomi di sejumlah wilayah.

"Untuk mencapai itu, perekonomian China harus berlanjut tumbuh kuat dan terdapat alasan baik untuk mempercayai itu," demikian studi terakhir yang dikeluarkan ADB seperti dikutip China Daily di Beijing, Jumat.

Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia timur, China terhindar dari dampak krisis keuangan global, dengan pertumbuhan ekonomi 7,1 persen dalam paruh pertama 2009.

Sama halnya dengan kekuatan ekonomi di Asia Timur, ekspor China pun turun drastis. Namun berbagai upaya pemulihan berupa paket stimulus fiskal mampu menangkal dampak kesulitan eksternal.

Laporan yang dikeluarkan ADB tersebut mencakup China, Korsel serta 10 negara anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara.

China sedang menjelankan suatu paket stimulus layak yang diumumkan pada November 2008. Sebagai hasilnya dalam dua tahun paket stimulus senilai empat triliun yuan atau 586 miliar dolar AS, defisit fiskal CHina diperkirakan naik dari 0,4 persen pada 2008 menjadi 3,0 persen tahun 2009.

Kemungkinan defisit itu tertinggi sejak 1979, tapi tetap rendah dibanding dengan defisit sejumlah negara-negara ekonomi kuat Asia timur.

Stimulus fiskal diberikan untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi China dari kebangkrutan ekspor.

Pertumbuhan GDP 6,1 persen dalam kuartal pertama 2009 merupakan terendah semenjak periode sama pertumbuhan GDP tahun 1999.

Tapi pertumbuhannya akan membaik dalam kuartal kedua 2009, yang diperkirakan mencapai 7,9 persen.

China dapat menyediakan suatu pasar yang besar bagi ekspor negara-negara kekuatan Asia timur, terlihat dengan pangsa ekspor negara-negara Asia timur ke China daratan dan Hong Kong meningkat dalam beberapa tahun.

ADB juga melaporkan dengan situasi ekonomi dunia yang resesi saat ini, China adalah salah satu dari beberapa ekonomi besar yang masih tumbuh.

Baru-baru ini kecenderungan menunjukkan ekspor dari Indonesia, Malaysia dan Filipina diantara sejumlah negara ke Amerika Serikat berlanjut turun, sementara ekspor China daratan dan Hong Kong mulai meningkat.

Meskipun demikian, para ekonomi ADB menilai, terdapat keterbatasan bagi CHina untuk melakukan sendiri.

Selama enam bulan 2009, ekspor China turun 21,8 persen dan impor turun lebih cepat, sebesar 25,4 persen.

Laporan ADB menunjukkan pula, China memiliki banyak uang dan negara-negara kekuatan ekonomi Asia timur dapat menarik keuntungan jika negara-negara mencari peluang investasi.

Sejauh ini, fokus investasi CHina dalam produksi bahan-bahan material untuk kemajuan teknologi.(*)



Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009