Teheran (ANTARA News/Reuters) - Seorang anak laki-laki penasehat calon presiden konservatif yang dikalahkan dalam pemilihan umum presiden Iran Juni lalu, Mohsen Rezaie, tewas terbunuh dalam penjara di Teheran setelah ditahan dalam satu kerusuhan pasca pemilihan umum, demikian laman reformis, Sabtu.

"Mohsen Ruholamini, anak laki-laki dari Abdolhossein Ruholamini, yang merupakan penasehat utama dari Mohsen Rezaie, tewas di penjara Evin," menurut laman Mosharekat.

Laman itu tidak menyebutkan bagaimana Ruholamini tewas, dan pihak berwenang belum dapat dihubungi untuk mengkonfirmasi kematian atau memberikan penjelasan mengenai situasi yang tejadi.

Ruholamini ditahan dalam aksi unjuk rasa pascapemilihan umum pada 9 Juli lalu, dan dipenjara di Evin, kata laman itu.

"Keluarganya diberitahu bahwa Mohsen akan segera dibebaskan. Namun pihak berwenang menginformasikan pada Kamis malam mengenai kematiannya," menurut laman itu.

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan bahwa ratusan orang, termasuk aktivis senior pendukung perubahan, akademisi dan pengacara telah ditahan sejak perselisihan pemilihan umum presiden 12 Juni lalu di Iran.

Kandidat calon presiden yang kalah mengatakan bahwa pemilihan umum itu curang dan menguntungkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Pemimpin tertinggi Iran menyatakan kemenangan pemilihan umum presiden itu segera setelah pemungutan suara.

Pemilihan umum itu telah membawa negeri itu kepada krisis internal terbesar sejak revolusi Islam pada 1979 dan telah memperlihatkan perbedaan mendalam antarelit politiknya.

Para pemimpin moderat, termasuk mantan presiden Mohammad Khatami dan Akbar Hashemi Rafsanjani, telah menyeru pembebasan segera para tahanan pasca pemilihan umum.

Pihak berwenang mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan telah dibebaskan. Media resmi Iran mengatakan bahwa sedikitnya 20 orang tewas dalam aksi kekerasan setelah pemilihan umum.

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) telah melaporkan sejumlah kasus kematian pelaku unjuk rasa, termasuk Sohrab Aarabi, 19 tahun, yang mereka katakan tewas dalam aksi unjuk rasa setelah pemilihan umum.

Kandidat moderat yang kalah Mirhossein Mousavi dan pihak berwenang saling menyalahkan akibat aksi berdarah itu. Polisi anti huru-hara dan milisi agama Basij melakukan penekanan pada aksi unjuk rasa Juni lalu namun para pemimpin moderat terus membangkang, dan menyebut pemerintah yang baru sebagai "tidak sah".

Mousavi telah mengatakan bahwa dia akan bergabung dengan sebuah kelompok yang direncanakan terdiri dari para tokoh penting untuk mengabadikan "suara rakyat", dan mengatakan bahwa dia tidak akan mengijinkan "darah para pendukungnya yang tewas terinjak-injak".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009