Cilegon (ANTARA News) - Enam belas duta besar (Dubes) negara sahabat melihat keindahan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda.

Para Dubes tersebut merupakan rombongan wisata diplomat Festival Krakatau 2009 yang di selenggarakan Provinsi Lampung.

"Sangat mengagumkan, kami memiliki waktu yang tepat untuk menyaksikan letusan yang disertai asap keluar," kata Duta Besar Amerika Serikat Cameron R. Hume,kepada ANTARA saat turun dari kapal feri Windu Karsa Dwitia bersama rombongan lainnya di dermaga III Pelabuhan Penyeberangan Merak, Cilegon Banten Minggu sore.

Para Dubes yang menikmati aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau terdiri dari negara Amerika Serikat, Jerman, Lebanon, Suriname. Afghanistan, Turki, Singapura, Yunani, Slovakia, Bosnia Herzegivina, Palestina, Polandia, Qatar, Brunei dan dubes negara Seychelles.

Menurut dia perjalanan melihat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau sangat mengesankan bagi dirinya.

Peserta wisata diplomat dan rombongan berangkat dari Bakauheni Lampung sekitar pukul 09.55 WIB setelah berlayar selama dua jam lebih.

Rombongan yang menggunakan kapal feri Windu Karsa Dwitia memasuki perairan Gunung Anak Krakatau yang mempunyai ketinggian 230 meter di atas permukaan laut.

Bagi Provinsi Lampung Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu obyek wisata alam unggulan selain Taman Nasional Way Kambas.

Di perairan gunung yang statusnya masih siaga bisa dilakukan aktifitas olah raga bahari seperti jet ski, ritual laut di bawah kaki Gunung Krakatau,diving.

Festival Krakatau 2009 digelar guna memperingati dahsyatnya letusan gunung krakatau, selain itu juga untuk mengenalkan tempat wisata di Lampung yang bertujuan untuk menarik wisatawan.

Dari beberapa literatur seperti di ungkapkan Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Gunung Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil.

Hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009