Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para gubernur mencegah daerahnya menjadi basis dan tempat hidup para teroris.

Hal itu disampaikan oleh Presiden dalam rapat koordinasi dengan para gubernur, Pangdam dan Kapolda seluruh Indonesia melalui telewicara di Istana Negara, Jakarta, Kamis.

"Cegah provinsi-provinsi saudara menjadi basis dan tempat hidup para teroris itu,...membomnya mungkin di Jakarta tetapi persiapan dan merakitnya belum tentu di Jakarta," katanya.

Oleh karena itu, Kepala Negara berharap jajaran pemerintah daerah dapat turut membantu aparat keamanan dalam upayanya untuk mencari, menangkap dan mengadili para pelaku pemboman di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Bantulah karena saya yakin mereka (para teroris) masih berkerja di banyak daerah," katanya.

Menurut Presiden, upaya penanggulangan aksi terorisme memerlukan kepemimpinan di semua tingkatan, mulai dari Kepala Negara hingga jajaran pemerintah daerah.

"Saya (akan) terperanjat jika gubernur tidak tahu menahu atau tidak merasa bertanggung jawab untuk menangkal aksi terorisme karena itu bagian dari tanggung jawab, bagian dari kepemimpinan," ujarnya.

Pada kesempatan itu Presiden mengemukakan keyakinannya jika sel-sel teroris masih ada dan masih bekerja di Indonesia.

"Kita terlalu banyak memenangkan pertempuran terhadap terorisme tapi kita belum berhasil memenangkan peperangan," katanya.

Hal itu dapat diindikasikan dari keberhasilan aparat untuk terus menangkap orang-orang yang terkait terorisme dan penyitaan bahan peledak yang membuktikan kelompok tersebut masih bergerak.

Terkait dengan peristiwa pemboman dua buah hotel berbintang di Jakarta pada Jumat (17/7) pagi yang menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan yang lain itu, Kepala Negara menilai aksi itu sebagai suatu langkah mundur dari keadaan aman dan tertib yang telah berlangsung empat tahun terakhir.

"Kita tidak boleh lebih mundur lagi, kita harus hentikan," katanya seraya mengapresiasi ketahanan masyarakat Indonesia.

Presiden menilai aksi terorisme 17 Juli lalu tidak membuat masyarakat panik, takut atau terganggu hidupnya.

Dalam telewicara yang berlangsung lebih kurang 1,5 jam itu, Kepala Negara didampingi oleh sejumlah menteri kabinet antara lain Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Mensesneg Hatta Rajasa, Mendagri Mardiyanto, Mensos Bachtiar Chamsyah, Meteri Perindustrian Fahmi Idris dan Menkominfo M. Nuh.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009