Baghdad (ANTARA News/AFP) - Sembilan orang tewas, termasuk seorang wanita dan enam polisi, dalam kekerasan di Irak, Rabu, kata polisi Irak.

Dalam serangan paling mematikan, sebuah bom pinggir jalan meledak ketika sejumlah polisi sedang lewat dengan sebuah mobil melalui pasar di daerah Dora, Baghdad selatan, menewaskan lima orang dari mereka, kata polisi.

Delapan orang lagi cedera, termasuk tiga polisi, dalam ledakan tengah malam di distrik yang berpenduduk mayoritas Sunni itu, kata seorang pejabat kepolisian yang tidak bersedia disebutkan namanya karena ia tidak berwenang menyampaikan pernyataan kepada media.

Di kota bergolak Mosul, 370 kilometer sebelah utara Baghdad, satu polisi tewas ketika tiga orang bersenjata dalam sebuah mobil melepaskan tembakan ke arah pos pemeriksaan polisi di daerah utara kota itu dan segera kabur meninggalkan lokasi kejadian setelah serangan tersebut.

Para penyerang itu kemudian pergi ke pos kedua di daerah itu, yang telah diberi tahu mengenai kekerasan yang terjadi, dan mereka terlibat dalam tembak-menembak dengan polisi di sana.

Dua dari tiga orang bersenjata itu tewas dalam bentrokan tersebut, sementara seorang ketiga terluka dan ditangkap oleh polisi.

Sebuah ledakan bom mobil pada Rabu pagi di Ramadi, 100 kilometer sebelah barat Baghdad, menewaskan seorang wanita dan mencederai empat orang lain, termasuk dua polisi, kata seorang pejabat kepolisian setempat.

Ledakan itu, yang terjadi di dekat sebuah masjid, juga menghancurkan dua mobil.

Ramadi adalah ibukota dari provinsi Anbar, Irak barat, yang dulu menjadi benteng pemberontakan Sunni. Kekerasan menurun tajam di wilayah itu dalam 18 bulan terakhir ketika suku-suku setempat bersekutu dengan pasukan pimpinan AS untuk melawan kelompok gerilyawan.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Gelombang serangan bom yang ditujukan pada muslim Syiah di Baghdad menewaskan 29 orang dan mencederai lebih dari 136 pada Jumat (31/7), sebulan setelah pasukan AS ditarik dari pusat-pusat perkotaan di Irak.

Serangan-serangan akhir Juli itu merupakan yang terburuk di Irak sejak dua serangan bom bunuh diri di kota wilayah utara Tal Afar pada 9 Juli menewaskan 35 orang dan mencederai 61.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009