Kabul (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Amerika Serikat tewas akibat serangan bom di Afghanistan Barat, kata pasukan pimpinan NATO pada Kamis, menambah korban tewas tentara asing dalam perang melawan Taliban.

Tentara dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Persekutuan Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu tewas pada Rabu, kata pernyataan ISAF.

Tentara itu tewas ketika regu ronda menghantam bom jalanan sesudah tentara "menangani" pejuang, yang kedapatan menanam bom dalam gerakan, yang "berhasil meredam kegiatan mereka," tambahnya.

Wanita juru bicara tentara Letnan Kolonel Christine Sidenstricker memastikan tentara tersebut dari Amerika Serikat.

ISAF terdiri atas sekitar 65.000 tentara dari 42 negara, yang memainkan peran kunci, bersama gabungan pimpinan Amerika Serikat, dalam membantu Afghanistan melawan perjuangan pimpinan Taliban, yang mencapai tingkat tertinggi pada tahun ini.

Juli adalah bulan paling mematikan bagi tentara asing di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 menggulingkan Taliban dari kekuasaan, karena melindungi Al Qaida sesudah serangan 11 September.

Laman mandiri icasualties.org menyatakan 76 tentara tewas pada Juli, sementara 10 pada bulan ini dan 242 pada tahun ini, kebanyakan akibat kekerasan.

Terdapat lebih dari 100.000 tentara asing di Afganistan, termasuk 62.000 dari Amerika Serikat, kata Pentagon.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afganistan, kata tentara.

Taliban meningkatkan serangannya di negara itu menjelang pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada 20 Agustus, namun kekerasan sebagian besar terjadi di luar Kabul, ibu kota negara terkoyak perang tersebut.

Prancis tetap mendukung upaya melawan Taliban di Afghanistan, meskipun ada peningkatan serangan menjelang pemilihan umum, kata Menteri Luar Negeri Bernard Kouchner dalam wawancara pada awal pekan pertama Agustus.

"Tentu saja kami harus berunding dengan Taliban, sedikit-dikitnya dengan yang siap meletakkan senjata dan berbicara," kata Kouchner kepada suratkabar "Le Figaro".

Sejumlah 29 tentara Prancis tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menumbangkan Taliban dari kekuasaan, kata tentara Prancis.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009