Lyon, Perancis (ANTARA News/AFP) - Pakistan telah meminta Interpol untuk mengeluarkan peringatan internasional terhadap 13 tersangka yang diburu atas serangan di Mumbai pada November 2008, kata Interpol, Kamis.

Interpol meminta negara-negara anggota untuk membantu menemukan para buronan itu dan memberitahu pemerintah Pakistan yang kemudian akan mengeluarkan surat perintah penangkapan dan meminta ekstradisi mereka, kata Interpol dalam sebuah pernyataan.

"Pihak berwenang di Pakistan disarankan menggunakan sepenuhnya jaringan dan sarana global Interpol," kata Sekretaris Jendral Ron Noble dalam pernyataan itu, yang dikeluarkan dari kantor pusat organisasi tersebut di Lyon.

"Ini menunjukkan komitmen mereka untuk memungkinkan seluruh 187 negara anggota Interpol memanfaatkannya dan membantu penyelidikan atas serangan-serangan teroris Mumbai," katanya.

Ke-13 tersangka itu tidak disebut-sebut dalam pernyataan di media, namun Interpol mengatakan bahwa nama dan informasi mengenai mereka akan dimasukkan ke dalam pusat data badan kepolisian dunia itu dan disebar ke seluruh dunia.

Sebanyak 166 orang tewas dan lebih dari 300 cedera dalam serangan-serangan 26-29 November tahun lalu, dimana 10 orang yang bersenjata berat menyerang hotel-hotel mewah, stasiun utama kereta-api di kota tersebut, sebuah restoran terkenal dan sebuah pusat Yahudi.

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani telah berjanji untuk melakukan segala sesuatu untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu ke pengadilan.

Pakistan telah menangkap lima orang yang dituduh terlibat dalam serangan itu, termasuk tersangka dalang Zakiduddin Lakhvi. Persidangan mereka diperkirakan dimulai pada 29 Agustus.

Serangan-serangan Mumbai itu telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

Proses perdamaian antara kedua negara tetangga yang berkekuatan nuklir itu tertahan setelah serangan-serangan November 2008 terhadap Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, yang menewaskan 166 orang.

Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan pada pertengahan Juli bahwa perundingan perdamaian dengan Pakistan akan tetap tertahan sampai negara itu menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan di Mumbai tahun lalu.

Pernyataan Singh itu tampaknya bertentangan dengan sebuah pernyataan bersama dengan Gilani dimana kedua pemimpin tersebut mengatakan bahwa tindakan terhadap terorisme "tidak boleh dikaitkan" dengan proses dialog tersebut.

Dalam pernyataannya kepada media India, Singh mengatakan, "Harus ada upaya-upaya jujur serius untuk menjembatani kesenjangan yang memisahkan kedua negara itu."

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.

Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 40.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009