Bandung (ANTARA News) - Budayawan dan penyair besar di Indonesia, si burung merak WS Rendra merupakan guru yang baik dan tak segan mengakui kesalahan dirinya kepada muridnya.

"Almarhum merupakan guru yang baik. Saya sangat mengagumi sosoknya karena beliau mengakui kesalahan yang diperbuatnya kepada muridnya," ujar salah seorang murid WS Rendra di bengkel teater, Gusjur Mahesa, saat ditemui usai doa bersama mengenang almarhum W.S Rendra di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Minggu petang.

Menurut Mahesa yang merupakan seniman teater monolog, pertama kali mengenal sosok WS. Rendra dari SD. Pasalnya, lanjut Mahesa, dari Sekolah Dasar sering membaca puisi-puisi karya penyair besar tersebut.

"Bukan membaca lagi malah dipaksa untuk menghafalkan puisi-puisi karangan beliau ketika Sekolah Dasar," ujarnya.

Dengan kekagumannya itu, akhirnya Mahesa menggeluti bengkel teater yang diusung oleh WS. Rendra di Jawa Tengah tersebut.

"Dari tahun 1993 saya masuk Bengkel Teater, disana saya banyak mengenal sosok tentang WS Rendra dan banyak mengajarkan cara menjadi seniman yang baik," lanjutnya.

Dalam mempelajari metode teater, almarhum W.S Rendra mengambil kebudayaan kejawen. Padahal, yang dipakai dalam ilmu teater kebanyakan dari luar negeri.

"Kebudayaan beliau sangat kuat sekali. Dia mengajarkan ilmu teaternya melalui kebudayaan kejawen. Namun, banyak buku mengenai teater dari luar negeri disana. Dirinya belum pernah menerapkan hal tersebut kepada muridnya," ujarnya.

Disinggung mengenai warisan dari WS Rendra kepada muridnya, Mahesa mengungkapkan, seluruh pendidikan yang dia berikan merupakan warisan bagi dirinya. Namun, lanjut Mahesa, almarhum pernah berkata pada saat wafat nanti dirinya meminta agar seluruh muridnya membuat terobosan baru di dunia seniman.

"Almarhum pernah mewanti-wanti bahwa tidak ada generasi penerus tentangnya. Malah seluruh muridnya disuruh membuat hal yang baru," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009