Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS, di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa sore melemah 35 poin menjadi Rp9.930-Rp9.945 per dolar dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp9.890/9.900.

Tekanan terhadap rupiah merupakan aksi teknikal pelaku pasar untuk mencari untung dan tidak ada hubungannya dengan faktor fundamental ekonomi makro Indonesia, kata Kepala Divisi Treasury PT Bank OCBC NISP, Suriyanto Chang di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, peluang menguatnya kembali rupiah masih terbuka, apalagi pertumbuhan ekonomi global mulai mmbaik, katanya.

Menurut dia, apabila kondisi berlanjut kemungkinan rupiah akan terus mendekati angka Rp10.000 per dolar, namun untuk bisa mencapai angka itu memerlukan waktu yang cukup lama.

"Kami memperkirakan rupiah tidak akan mencapai level tersebut, karena Bank Indonesia (BI) akan masuk pasar melepas dolar untuk menahan tekanan pasar tersebut," ucapnya.

Ia mengatakan, rupiah kemungkinan akan bertahan di kisaran antara Rp9.950 sampai Rp9.975 per dolar, karena ada intervensi BI.

Suriyanto Chang mengatakan, rupiah juga berpeluang untuk menguat hingga mencapai Rp9.500 per dolar pada akhir tahun ini, karena investor masih tetap bermain di pasar modal Indonesia.

Investor saat ini sedang menunggu pertemuan Bank Sentral AS yang akan membahas tingkat suku bunga dan tingkat pengangguran yang meningkat.

Ke depan rupiah diperkirakan akan dapat mencapai Rp9.500 per dolar, karena pelaku asing kembali bermain di pasar dan melakukan pembelian rupiah, demikian Suriyanto. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009